Siapa bilang menjadi seorang guru tidak berguru???
Suatu ketika ada seorang guru yang sedang berada dalam titik paling
rendah karena sudah tidak tau lagi bagaimana menghadapi siswa yang sedang
bermasalah di sekolah. Guru kalau dalam budaya jawa yaitu digugu lan ditiru dan
ini merupakan tugas yang berat. Jangan menganggap menjadi seorang guru adalah
orang yang selalu benar dihadapan para murid. Ketika akan terjun dalam dunia
mengajar pertama kali yang akan kalian lakukan pasti beberapa persen kurang
sesuai dengan ekspektasi yang telah kalian bayangkan sebelumnya. Maka dari itu
sebagai seorang guru juga perlu belajar kepada guru sebelumnya yang telah
mengampunya karena dengan mendapatkan pengalaman dari guru sebelumnya kita bisa
mengetahui peserta didik yang akan kita hadapi. Dan menjadi seorang guru
tidaklah hanya sebagai profesi yang di mana masuk sesuai peraturan sekolah dan
pulang sesuai peraturan sekolah juga, tapi menjadi seorang guru adalah
bagaimana membentuk anak-anak didik kita itu menjadi manusia yang beradab,
berkarater dan berilmu serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pasti menjadi guru favorit, guru panutan adalah dambaan seorang
guru maka dalam hal itu ada sebuah proses yang kemudian harus kita lalui. Dan
mulailah memperhatikan dari hal-hal yang kecil tapi bernilai besar.
Untuk menjadi seorang guru yang profesional, inspiratif perlu
adanya banyak pengalaman dan pembelajaran dalam kehidupannya. Meskipun sudah
menjadi guru tapi tetap harus berguru kepada siapapun karena setiap orang
adalah guru dan setiap ruang adalah sekolah. Menjadi seorang guru dalam
mengajar tidak hanya buku sebagai alat pembelajarannya akan tetapi masih
membutuhkan perangkat pendukung termasuk televisi. Mau tidak mau para guru harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu melalui
belajar secara terus menerus. Dengan demikian, tuntutan untuk belajar tidak
hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya, tetapi guru itu sendiri pun
justru dituntut untuk senantiasa belajar tentang bagaimana mengajar yang baik.
Dalam sebuah hadits “uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi”
artinya tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat, maka di dalam hadits ini
juga menunjukkan bahwa tetaplah untuk belajar dan menunutut ilmu dalam kondisi
apapun, dimanapun dan kepada siapapun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi seorang guru juga harus mengikuti perkembangan tersebut,
sebagaimana dalam perkataan ali bin abi tholib “ajarkanlah anak-anakmu sesuai
zaman mereka bukan zamanmu”. Kenapa demikian? Karena ilmu itu berifat dinamis
dan tidak tetap, keberadaanya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan akan
datang.
para guru, para orang tua terus
mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak
sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa
lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan
untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu
serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada
perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
Guru menjadi faktor yang menentukan pendidikan karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu dan kepribadian peserta didik terbentuk. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat, guru tidak lagi sekedar bertindak sebagai penyaji informasi, tapi juga bertindak sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah informasi. Dengan demikian guru juga harus meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu menghadapi berbagai tantangan.
At-thoriqotu ahammu minal maddah wal mudarisu ahammu minat thariqoh wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris” yang artinya : “Cara atau Metode itu lebih penting dari pada Materi (Materi pengajaran) dan Guru lebih penting dari Metode dan Ruh (Jiwa ) seorang Guru itu lebih penting lagi dari gurunya sendiri”.
"Guru yang baik adalah guru yang berharap murid-muridnya lebih baik dari dia. Dan murid yang baik adalah murid yang menghargai jasa seorang guru." (Prof. Hamka)