Pola
adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk
menghasilkan sesuatu.[1]
Dan Strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang
dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan
strategi serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dengan baik.[2] Jadi
pola dan strategi merupakan bentuk atau model yang digunakan dalam membuat
langkah-langkah kedepan untuk visi dan misi organisasi yang lebih baik.
IMM
merupakan organisasi yang strategis dalam gerakan yang identik dengan budaya
intelektual dari kalangan mahasiswa. Budaya intelektual kader mempunyai
keberagaman potensi yang terbingkai melalui berbagai cabang bahkan pada tingkat
komisariat. Berbagai kader IMM memiliki potensi dengan keunikan ciri khas yang
mendukung gerakan transformative yang mengakar. Dengan mengkonsolidasi dan
menginterkonektisitaskan berbagai potensi ini diharapkan dapat merespon
permasalahan-permasalahn masyarakat. Kita tidak bisa memungkiri sebuah
perbedaan. Karena perbedaan merupakan kekayaan dan keberagaman adalah sebuah
anugerah dan kekayaan. Dan sekarang saatnyalah mengkonsolidasikan
kekayaan tersebut. Ibaratnya IMM sudah menyimpan segudang kekayaan emas yang
siap pakai, dan tugas kita adalah menyadari bahwa kita sadar memiliki kekayaan
tersebut dan kita harus mengetahui bagaimana cara menggunakannya sebagai alat
gerak perjuangan kita. Indahnya kekayaan perbedaan memberikan senyum
keiklasan pengorbanan, erat ikatan tangan perjuangan dan keteguhan komitmen.
Perbedaan menciptakan peradaban tertinggi dengan caranya yang unik. Perbedaan
yang terorganisir oleh IMM akan semakin memantapkan langkah IMM dalam gerakannya
yang ramah, menyebarluas dan kokoh. Kondisi ril gerakan IMM sekarang ini yang
sudah hamper memasuki usianya ke 50 tahun masih berada pada posisi gagap, hal
ini dapat diartikan bahwa IMM kurang memiliki kesadaran akan potensi mereka
yang seharusnya dapat dijadikan sebagai corong strategi gerakan. Bahkan kondisi
IMM sekarang cenderung melemahkan potensi-potensiyang dimiliki. Seiring
dengan perkembangan zaman, IMM dituntut untuk selalu dapat mewarnai
perkembangan peradaban.
Di antara gagasan gerakan strategis IMM ke
depan yang bisa digunakan yaitu sebagai berikut.[3] Pertama
Pemberdayaan kader sebagai upaya peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui
dorongan, bimbingan, kesempatan, pendidikan, pelatihan dan panduan sehingga
mempunyai kesempatan untuk tumbuh sehat, dinamis, maju, mandiri, berjiwa
wirausaha, tangguh, unggul, berdaya saing, demokratis dan bertanggung jawab
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua
Pemberdayaan kader yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan kader
dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan gerakan mahasiswa lain. Usaha
pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan
merupakan rangkaian yang berkelanjutan. Ketiga Pemberdayaan kader
merupakan program pengembangan yang bersifat lintas disiplin ilmu, harus
dikonsolidasikan sedini mungkin dari perumusan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan. Keempat Penempatkan posisi kader lebih sebagai subjek
dibanding sebagai objek dan pada tingkat tertentu diharapkan agar kader dapat
berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara
bertanggung jawab dan efektif. Dengan demikian IMM sebagai kekuatan besar yang
tidak terkalahkan dan terbawa oleh arus perubahan. IMM harus tetap pada
komitmennya “berlomba-lomba dalam kebaikan (Berfastabiqul Khorot)”.
IMM sebagai ormas mahasiswa Islam terlahir dari
kelompok sosial keagamaan dengan identitas yang jelas. IMM terang-terangan
mengusung nama Muhammadiyah. Sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah
sifat dan gerakan IMM sama dengan Muhammadiyah yakni sebagai gerakan dakwah
Islam amar ma’ruf nahi mungkar. Ide dasar gerakan IMM adalah; Pertama, Vision,
yakni membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui intelectual
enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual enrichment (pengkayaan
intelektual). Strategi pendekatan yang digunakan IMM ialah melalui pemaksimalan
potensi kesadaran dan penyadaran individu yang memungkinkan terciptanya
komunitas.[4]
Pola strategi gerakan IMM saat ini yaitu
gerakan Altruistik yg merupakan gerakan pemberdayaan baik itu pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan ekonomoi maupun pemberdayaan yg lain di mana gerakan
Atruistik itu lebih fokus padagerakan Humanitas. Gerakan sparatisme atau biasa
disebut dengan gerakan revolusi dogmatis dan Gerakan keilmuan yaitu gerakan
yang fokus pada intelektual diantaranya dg mengikuti strategi-strategi
perkaderan yang ada di IMM sesuai dg fase-fasenya/tingkatannya seperti DAD,
DAM, DAP (Perkaderan Utama) dan LID, LIM, LIP (Perkaderan Khusus) dan masih banyak
lagi dan gerakan keilmuan itu juga merupakan platform gerakan IMM yang sesuai
dengan tujuan IMM. Dengan mengikuti perkaderan tersebut wawasan keilmuan akan
bertambah akan tetapi tidak cukup dengan itu semau tetapi harus didukung dengan
kegiatan yang lain baik dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Adapun
fase fase yang harus dicapai kader yaitu Fase kritis di mana fase ini kader didik agar kritis terlebih dahulu
agar tidak apatis, kemudian fase ideologis
yaitu kader itu mulai di suruh untuk berpendapat, berbicara dan kemudian sampai
ke fase politis yang di mana kader itu sudah mampu mengambil kebijakan
diantaranya mampu memutuskan hal-hal dengan bijak dan arif.
Gerakan IMM juga harus mempunyai falsafah yaitu dengan
memiliki kesadaran yang kolektif karena Kesadaran kolektif itu yang
menggerakkan roda organisasi yang berporos pada akar falsafah eksistensinya.
Untuk itu, falsafah gerak merupakan representasi kesadaran historis yang
mengisi semangat zaman pada konteksnya. Secara verbal, abstraksi falasafah
gerak tersebut dapat ditemukan pada setiap rumusan dan identitas, hakekat
maupun tujuan kehadiran sebuah organisasi. Yang disadari sejak awal adalah
bahwa rumusan-rumusan itu merupakan rancang bangun dari imajinasi kolektif.
Inilah “seruan primordialitas” setiap gerakan yang dalam term new social
movement dikenal demgan theology of hope. Dalam kaitan ini, wacana moralitas,
kebebasan, dan tanggungjawab intelektual merupakan diskursus fundamental dalam
gerakan-gerakan sosial, termasuk di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kalau kita
telusuri berbagai dokumen, piagam pernyataan maupun deklalasi IMM adalah
gerakan kemahasiswaan Islam yang menempatkan diri pada garda gerakan
moral-intelektual berbasis kerakyatan (popular intellectual).[5]
Gagasan moralitas dalam gerakan social tidak bisa dilepaskan
dari cita-cita kebebasan itu sendiri. Pengungkit gerakan yang akan menyingkap
tabir-tabir social terletak pada moralitas kebebasan. Falasafah moralitas dalam
ikatan seharusnya melampaui wilayah normativitas menuju kancah social empiric
yang menjadi medan kebutuhan dasar manusia bukan pola gerakan yang
mengartikulasikan diri pada wilayah moralitas teks. Sudah saatnya falsafah dan
pola gerakan IMM mengarahkan diri pada komitmen kemanusiaan melalui artikulasi
intelektual yang berbasis kerakyatan. Pada hakekatnya, falsafah gerakan
memanifestasikan hasrat imajinasi pada kurun tertentu, saat ini IMM harus
melakukan penegasan identitas sekaligus radikalisasi imajinasi yang
berorientasi pada pembebasan, pencerahan dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan
dasar social untuk konteks kekinian.
Fenomena organisasi kemahasiswaan dewasa ini masih banyak
dilanda berbagai macam persoalan. Diantaranya karakter primordialisme sekterian
yang mematikan komunikasi dan menghadirkan tindak represif. Kelemahan
intelektual semakin nyata melahirkan kebuntuhan nalar serta cara baca yang jauh
dari realitas. Organisasi kemahasiswaan masih berada dalam kotak pemikiran yang
sempit dan tertutup. Kebutuhan pemikiran masih menjadi teman sejati yang
menghasilkan kemunafikan dan kebusukan diantara satu sama lainnya. Pola pikir
yang membeku inilah yang sering menyebabkan elit-elit mahasiswa berlaku seperti
preman yang beriman kepada kekerasan dalam setiap penyelesaian permasalahan
yang dihadapi. Dalam kondisi kronis seperti ini IMM sebagai gerakan
kemahasiswaan atau gerakan intelaktual harus tetap berada dalam garda depan
pembaharuan pemikiran yang memberikan pencerahan bagi mahasiswa. Gerakan
intelektual harus menjadi ciri dan karakter yang melekat dalam tubuh ikatan dan
kelembagaan IMM.
Untuk itulah dibutuhkan suatu gerakan baru dan strategi baru
dalam melakukan gerakan intelektual. IMM harus tampil dan menancapkan suatu
gagasan perubahan bahwa organisasi yang bergerak di tingkat mahasiswa diperuntukkan
untuk memberikan kesadaran secara intelektual dan akademis serta pembentukan
integritas bagi kader-kadernya. Salah satu alasan pembentukan IMM adalah untuk
menciptakan daya kritis dan karakter seorang pejuang yang beriman kepada
kebenaran dan keberpihakannya kepada nilai-nilai idealisme tanpa batas. Nilai
idealisme tersebut didapatkan melalui perenungan yang mendalam dan secara sadar
dan berkesinambungan. Kesinambungan perjuangan itulah yang kelak membentuk
jiwa-jiwa manusia yang melaksanakan ritualisme gerakan keberpihakan, keadilan
dan nilai kemanusiaan serta nilai ketuhanan.
IMM pada intinya sudah menjadi suatu keharusan mengambil
bagian dari fungsi sosial sebagai pemain dari peradaban profetik ditingkat
mahasiswa. Pada tataran idealnya IMM harus menjadi ruang yang sejuk dan penawar
segala penyakit yang melanda mahasiswa ditingkat kampus serta menjadi pelopor
utama dalam mendorong gerakan kemahasswaan disegala bidangnya. Tentu hal ini
bisa diperankan dengan baik jika semua kader IMM memehami paradigm IMM dalam
bergerak serta mengambil strategis di tubuh ikatan. Paradigm kegiatan tersebut
yaitu gerakan intelaktualitas, humanitas dan spiritualitas. Trilogy gerakan
tersebut menuju pada muara gerakan pencapaian profil kader yang memiliki
kompetensi dasar aqidah, kompetensi dasar intelektual dan kompetensi dasar humanitas. Sebagai organisasi yang
bergerak dibidang keagamaan,
kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Hal itu bisa tercapai kalau trilogy gerakan
ini berjalan seimbang dan beriringan dalam sebuah pengawalan kepemimpinanan
yang kuat dan utuh. Oleh karena itupendidikan perkaderan itu seharusnya
dirumuskan dalam rangka mewujudkan kader cerdas yang berkarakter.
Kader aktivis merupakan terminology anggota IMM yang isdeal.
Sebagai kader ia bukan sekedar anggota, melainkan memahami visi dan tujuan
ikatan, dengan peenuh kesadaran memilih IMM sebagai wadah perjuangan
gerakan.sebagai kader ia mestilah memiliki penguasaan dan wawasan atas islam
sebagai agama dan muhammadiyah sebagai gerakan, serta berkapasitas
intelaktualdalam arti yang luas.
IMM sebagai kader muhammadiyah dalam persepsi yang baik itu
tidak mesti selalu harus dibenarkan, sebab kebenaran selalu menampilkan
wajahnya dalam beragam bentuk. IMM di dsatu sisi bertanggung jawab pada
mahasiswa dan pasa sisi yang lain bertanggung jawab pada muhammadiyah, karena
muhammadiyah adalah ortom muhammadiyah yang tentunya memiliki relasi ideologis
dengan muhammmadiyah yang telah mentanfidzkan diri sebagai gerakan amar ma’ruf
nahi munkar serta gerakan kultur. IMM harus mendaulatkan komitmenuntuk menopang
perjuangan dan cita-cita sosial muhammadiyah. Dalam kerangka strategis gerakan
muhammmadiyah, IMM merupakan generasi intelektual dan tunas muda muhammadiyah
pada jalur organisasi otonom. Visi identitas dan konsepsi gerakan IMM
merepresentasikan kepedulian gerakan sosial muhammadiyah pada wilayah
kemahasiswaan.
IMM sebagai organisassi keislaman serta kader muda
intelektual muhammadiyah harus menjadikan islam sebagai ideology yang hanya
mengakui Allah sebagai kebenaran mutlak. IMM juga harus menyerrukan islam
sebagaimana diajarkan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya sebagai kebenaran.
Inilah islam sebagai ideology: ekspansif, toleran tapi tidak mengakui yang lain
sebagai kebenaran karena IMM bukan organisasi liberal. Islam sebagai ideology
yang merupakan risalah Allah merupakan ajaran kebenaran komprehensif yang
mengatur aspek-aspek yang paling individual hingga tatanan sossialyang
bertampung dalam kapasitas kemanusiaan manusia. Islam sebagai ideology dapat
menyelesaikan kebuntuan dan keraguan nalar manusia. Secara filosofis islam
menawarkan kepastian jalan mengenal aturan hidup yang paling ideal yang bisa
ditemukan dalam Al Quran dan As Sunnah yang dapat dipertanggungjawabkan lewat
nalar kemanusiaan dan pembuktian-pembuktian logika.
Kader IMM juga harus mempunyai akhlaq karena akhlaq
merupakan pilar dan integritas seorang kader dalam berjuang di ikatan. Dalam
rangka ber-fastabiqul khorot maka akhlaq adalah bingkainya. Sesame kader
ikatan harus saling mengenal, memahami dan menyatukan hati, pemikiran dan amal,
saling membantu, mendoakan, memotivasi dan lain-lain. Dengan mengenal, memahami
dan membantu sesame kader ikatan akan punya kesatuan niat, kesatuan akhlaq,
kesatuan fikroh, kesatuan ikatandan kesatuan gerak serta aktifitas.
Dapat disimpulkan bahwa pola dan strategi gerakan IMM saat
ini yaitu gerakan pemberdayaan sosial atau kemasyarakatan dan juga gerakan
keilmuan. Dalam hal ini juga kader ikatan harus menyerupai Rosul dalam konteks
kekinian. Harus memiliki mental yang kuat, tahan banting dan tahan uji serta
memiliki inspirasi yang luas, semangat yang kuat, komitmen yang kokoh,
istiqomah yang mengkristal digaris edar perjuangan dan integritas pribadi yang
luhur.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pola
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/11/definisi-strategi.html
https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=247826928741724&id=141378939386524&_rdr
http://imm-agrobistek.blogspot.co.id/2012/12/ideologi-gerakan-imm.html
https://immabduh.wordpress.com/2012/06/01/falsafah-gerakan-imm/
[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Pola
[2]http://definisimu.blogspot.co.id/2012/11/definisi-strategi.html
[3]https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=247826928741724&id=141378939386524&_rdr
[4]
http://imm-agrobistek.blogspot.co.id/2012/12/ideologi-gerakan-imm.html
[5]https://immabduh.wordpress.com/2012/06/01/falsafah-gerakan-imm/
No comments:
Post a Comment