Monday, October 10, 2022

Pendidikan dan Keteladanan

Sejak diturunkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi proses pendidikan sudah dilakukan dan diajarkan, dalam ceritanya di buku qoshosul qur’an lil athfaal kaya ustadzh Hamid at Thohir: Nabi adam ketika pertama kali mengalami kelaparan, nabi Adam tidak langsung menemukan sebuah roti yang sudah jadi namun nabi Adam diperintahkan untuk berdoa kepada Allah, kemudian nabi Adam diajari oleh malaikat jibril bagaiamana proses membuat roti dan proses menanam bahan-bahannya (dari mananam biji gandum hingga memanennya & menumbuk gandum hingga menjadi tepung yang kemudian dibuatlah adonan roti). Selain itu pada zaman Nabi Muhammad ketika proses nabi Muhammad diperintahkan untuk membaca namun berkali-kali menjawab maa anaa bi qori’ (saya tidak bisa membaca) kemudian dituntun oleh Malaikat jibril. Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa pendidikan itu tidak serta merta dilakukan dalam waktu yang singkat tetapi ada proses yang harus dilalui dan dalam pendidikan tentunya ada pengajar. Dalam hadits Nabi juga diesbutkan bahwa tuntutlah ilmu dari buaian sampai ling lahat (HR. Muslim), selain itu dalam bait syair imam syafi’i syarat menuntut ilmu itu ada enam yaitu dzaka (cerdas), hirsun (semangat), washtibarun (sabar), wa bulghotun (butuh modal), wa shubhatu ustadzin (belajar dari guru), wa thuluz zaman (waktu belajar yang lama). Betapa pentingnya sebuah pendidikan dalam kehidupan ini untuk menjalani hidup yang sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW meskipun di zaman yang berbeda relevan dengan apa yang disampaikan oleh Ali bin Abi Tholib “ajarilah anak-anakmu sesuai zamannya karena mereka hidup di zamannya bukan di zamanmu, di era perkembangan zaman yang semakin kompleks, media digital semakin canggih menuntut kita untuk terus kreatif, mampu memfilter mana yang mempunyai dampak negatif dan positif dengan tidak mengesampingkan adab kita. Dengan demikian untuk membangun sebuah pendidikan yang beradab tentunya diperlukan keteladanan di segala aspek kehidupan dan peran orang tua, guru serta masyarakat sekitar, sebagaimana pesan dalam surat an Nisa’ ayat 9 akan pentingnya menyiapkan generasi ke depannya untuk lebih baik.

Peran orang tua                                                              


Anak adalah anugerah bagi kedua orang tua yang dititipkan oleh Allah yang patut dijaga dengan sebaik-baiknya dengan cara memberikan pendidikan (ta’dib), sudah kewajiban bagi orang tua untuk mendidik sesuai dengan ajaran islam sebagaimana perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW, sebagaimana dalam QS. At Tahrim ayat 6, ayat ini secara khusus mewajibkan orang tua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka dengan maksud akan pentingnya mendidik ana-anaknya agar menjadi manusia yang beradab dan berilmu. Karena pendidikan keluarga merupakan kunci kemajuan dan kebangkitan umat islam. Untuk dapat mendidik anak dengan benar tentu memerlukan ilmu yang mencukupi, di era perkembangan zaman yang semakin canggih orang tua jangan sampai abai dan tidak mengikuti perkembangan tetapi sekiranya juga bisa beradaptasi dengan mengambil dampak yang positif dan memanfaatkannya untuk hal-hal kebaikan dan kreatifitas agar bisa mendampingi dan mengamati perkembangan anak agar tidak terjerumus kepada hal yang negatif. Karena di era sekarang di mana media sosial lebih terbuka dan bisa diakses untuk seluruh kalangan mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa maka di sinilah peran orang tua sangat penting untuk memberikan teladan agar adab nya terjaga dengan baik karena memperbaiki adab adalah salah satu kewajiban orang tua, dalam hadits Nabi dari Riwayat Al Baihaqi innamaa bu’itstu li utammima makaarimal alkhlaq (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia). Sebagai umat Nabi Muhammad SAW kita diwajibkan untuk meneladaninya untuk mewujudkan para generasi yang beradab.  Proses menanamkan adab dalam diri seseorang itulahyang disebut dengan proses pendidikan (ta’dib). Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al Attas mengatakan bahwa masalah mendasar umat islam adalah loss of adab yaitu lost of discipline-the discipline of body, mind and soul. Maka disinilah pentingnya adab yang baik untuk anak-anak kita dalam rangka untuk menyiapkna generasi yang lebih baik kedepannya yaitu dengan dimulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara.

Peran guru


Di mana ada tempat belajar di situlah ada murid dan guru, menjadi seorang guru adalah amanah yang sangat mulia. Oleh karena itu, jagalah amanah dengan sebaik-baiknya. Guru tidak hanya sebagai pekerjaan profesional di lembaga formal. Namun manjadi seorang guru merupakan kewajiban bagi semua insan, karena mengajar itu bisa dilaksanakan di manapun tempatnya tanpa memandang siapa muridnya. Sekolah atau madrasah yang merupakan tempat belajar anak-anak sebagai lembaga formal yang pada hakikatnya sebagai institusi/lembaga yang menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat dengan melibatkan seorang guru dalam proses pendidikannya. Sehingga peran seorang guru bagi anak-anak sangatlah penting untuk melahirkan generasi yang baik dan unggul dan beradab, selain itu guru juga mempunyai peran untuk mengembangkan lembaga pendidikan yang berkemajuan dan mencerahkan peradaban bangsa. Guru merupakan peranan yang paling utama dalam berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam dunia pendidikan tidak sekedar menyampaikan sebuah informasi, melainkan seorang guru harus bisa menanamkan nilai moral, nilai spiritual, nilai sosial.  Dalam Islam dijelaskan bahwa guru merupakan seseorang yang bertugas untuk membimbing serta mengarahkan peserta didik ke jalan Allah, membimbing akhlakul karimah serta meluruskan tingkah laku yang buruk kepada peserta didik supaya bisa menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat agama Islam.


Guru dalam perspektif pendidikan Islam dengan sebutan murabbi, mu’allim, mu’addib, muddaris, dan mursyid. Kelima istilah ini memiliki kedudukan serta perannya masing-masing: Murabbi yaitu seseorang yang bertugas membimbing dan mengarahkan anak didik, supaya memiliki keterampilan serta mampu mengatur hasilnya sehingga dapat bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama, Mu’allim yaitu seseorang yang memiliki berbagai ilmu serta bisa mengajarkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu menyampaikan berbagai ilmu kepada orang lain, Mu’addib yaitu seseorang yang mentransfer ilmu serta mengimplementasikan nilai moral dan spiritual kepada peserta didik, supaya berperilaku baik dalam menjalankan kehidupannya dalam rangka membangun peradaban yang lebih baik dimasa depan, Muddaris yaitu seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan secara komprehensif yang digunakan untuk mengembangkan dan memperbaruhi pengetahuannya secara berkelanjutan serta berusaha untuk mencerdaskan peserta didik dan melatih kemampuan yang sesuai dengan bakatnya masing-masing. Mursyid yaitu seseorang yang memiliki sikap dan sopan santun secara baik, sehingga bisa dijadikan sebagai contoh oleh orang lain dan peserta didiknya.

Peran guru dalam sebuah lembaga/institusi pendidikan dalam penanaman nilai-nilai utama sangatlah dibutuhkan di antarnya yaitu dengan menanamkan nilai ketauhidan akan pentingnya beriman dan taat kepada Allah melalui pembiasaan ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh, nilai keilmuan yaitu untuk menyiapkan generasi yang berilmu, nilai kemajuan yaitu dengan tetap mengikuti perkembangan zaman dan nilai peradaban karena islam sebagai agama peradaban sehingga berupaya untuk menjadi umat terbaik (khoiru ummah). Perkembangan dunia pendidikan yang juga beriringan dengan berkembangnya teknologi dan globalisasi menjadikan seorang guru untuk tetap belajar dan uptodate dalam mengaplikasikaannya dengan bijak dan inovatif dalam pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi yang canggih ada hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi yaitu ketulusan dan ruh seorang guru, hal tersebut merupakan salah satu suksesnya dalam pendidikan. Di era millenial ini tempat belajar bisa dilakukan dengan media online, tentunya dengan berbagai inovasi dan kreativitas yang menarik. Dalam QS al-Kahf ayat 65 dijelaskan bahwa guru harus memiliki kompetensi keagamaan (‘abdun), kompetensi kepribadian (rahmah), kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional (‘ilm). 


Wednesday, November 25, 2020

GURU YANG BERGURU

 

Siapa bilang menjadi seorang guru tidak berguru???

Suatu ketika ada seorang guru yang sedang berada dalam titik paling rendah karena sudah tidak tau lagi bagaimana menghadapi siswa yang sedang bermasalah di sekolah. Guru kalau dalam budaya jawa yaitu digugu lan ditiru dan ini merupakan tugas yang berat. Jangan menganggap menjadi seorang guru adalah orang yang selalu benar dihadapan para murid. Ketika akan terjun dalam dunia mengajar pertama kali yang akan kalian lakukan pasti beberapa persen kurang sesuai dengan ekspektasi yang telah kalian bayangkan sebelumnya. Maka dari itu sebagai seorang guru juga perlu belajar kepada guru sebelumnya yang telah mengampunya karena dengan mendapatkan pengalaman dari guru sebelumnya kita bisa mengetahui peserta didik yang akan kita hadapi. Dan menjadi seorang guru tidaklah hanya sebagai profesi yang di mana masuk sesuai peraturan sekolah dan pulang sesuai peraturan sekolah juga, tapi menjadi seorang guru adalah bagaimana membentuk anak-anak didik kita itu menjadi manusia yang beradab, berkarater dan berilmu serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pasti menjadi guru favorit, guru panutan adalah dambaan seorang guru maka dalam hal itu ada sebuah proses yang kemudian harus kita lalui. Dan mulailah memperhatikan dari hal-hal yang kecil tapi bernilai besar.

Untuk menjadi seorang guru yang profesional, inspiratif perlu adanya banyak pengalaman dan pembelajaran dalam kehidupannya. Meskipun sudah menjadi guru tapi tetap harus berguru kepada siapapun karena setiap orang adalah guru dan setiap ruang adalah sekolah. Menjadi seorang guru dalam mengajar tidak hanya buku sebagai alat pembelajarannya akan tetapi masih membutuhkan perangkat pendukung termasuk televisi. Mau tidak mau para guru harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu melalui belajar secara terus menerus. Dengan demikian, tuntutan untuk belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya, tetapi guru itu sendiri pun justru dituntut untuk senantiasa belajar tentang bagaimana mengajar yang baik.

Dalam sebuah hadits “uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi” artinya tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat, maka di dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa tetaplah untuk belajar dan menunutut ilmu dalam kondisi apapun, dimanapun dan kepada siapapun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seorang guru juga harus mengikuti perkembangan tersebut, sebagaimana dalam perkataan ali bin abi tholib “ajarkanlah anak-anakmu sesuai zaman mereka bukan zamanmu”. Kenapa demikian? Karena ilmu itu berifat dinamis dan tidak tetap, keberadaanya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan akan datang.

para guru, para orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.



Guru menjadi faktor yang menentukan pendidikan karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu dan kepribadian peserta didik terbentuk. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat, guru tidak lagi sekedar bertindak sebagai penyaji informasi, tapi juga bertindak sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah informasi. Dengan demikian guru juga harus meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu menghadapi berbagai tantangan.

At-thoriqotu ahammu minal maddah wal mudarisu ahammu minat thariqoh wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris” yang artinya : “Cara atau Metode itu lebih penting dari pada Materi (Materi pengajaran) dan Guru lebih penting dari Metode dan Ruh (Jiwa ) seorang Guru itu lebih penting lagi dari gurunya sendiri”.


Selamat Hari Guru (25 November 2020)

"Guru yang baik adalah guru yang berharap murid-muridnya lebih baik dari dia. Dan murid yang baik adalah murid yang menghargai jasa seorang guru." (Prof. Hamka)


Saturday, May 2, 2020

SECUIL EPISODE DI TENGAH COVID 19


Tak lepas dari Medsos
Berawal dari bulan maret yang di mana semua kegiatan sekolah mulai diberhentikan, dikarenakan adanya covid 19 yang sedang hadir di Indonesia. Covid 19 (coronavirus disease that was discovered 19) yaitu penyakit virus corona yang ditemukan pada tahun 2019, akan tetapi dampak tidak langsung dengan hadirnya virus tesebut yaitu pada bulan maret, sehingga pembelajaran di sekolah sudah tidak bisa lagi dilaksanakan secara tatap muka. Lalu bagaimana supaya pembelajaran sekolah tetap terlaksana dengan baik? Dari sini lah kemudian media sosial mulai dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang cukup mendukung, yang awalnya media sosial hanya digunakan anak-anak untuk main game. Anak-anak millenial siapa yang tidak mengenal medsos, kecuali anak-anak yang pedesaan yang tidak terjangkau dengan medsos. Hal ini sangat bisa merubah gaya anak-anak yang sudah kecanduan nge game menjadi media belajar melaui medsos, ya mungkin awal-awal sulit untuk merubah dari nge game menjadi media untuk belajar akan tetapi akan mudah bila diberikan pemahaman yang bisa diterima anak-anak dengan hal-hal yang menarik akan pentingnya memanfaatkan medsos di tengah-tengah pandemi covid 19 sebagai media pembelajaran. Berbeda dengan anak-anak yang tidak memilik medsos, mereka sangat kesulitan untuk bisa tetap melaksanakan pembelajaran, sebagaimana yang dialami oleh bapak Avan Fathurrohman seorang guru SDN Batu Putih Laok Sumenep harus mendatangi murid-muridnya ke rumah supaya anak-anak didiknya tetap bisa belajar, begitu juga anak-anak SD di desa saya yang juga mengalami keluhan karena ada beberapa anak yang tidak mempunyai media sosial sehingga terpaksa belajarnya harus ke rumah gurunya. Selain itu orang tua harus disibukkan ikut belajar online untuk  dampingi anak-anaknya di tengah-tengah pekerjaan yang mayoritasnya sebagai petani.
SFH (study from home) & WFH (work from home) antara bahagia dan sedih. Rumah tempat ternyaman yang mayoritas orang bilang karena di rumah lah bisa bertemu, berkumpul dan bersenang-sengan dengan keluarga tercintanya. Adanya pandemi covid 19 yang mengharuskan untuk belajar dan bekerja dari rumah (SFH & WFH) membuat peluang bagi perempuan karir khususnya sehingga dengan adanya WFH bisa memberikan waktunya untuk keluarganya dan bisa membersamainya, meskipun disibukkan dengan kegiatan pribadinya dan kegiatan anak-anaknya yang harus melalui daring online, belum lagi dengan kegiatan rumah yang lainnya. Akan menjadi ancaman bila tidak bisa mengendalikan media sosial antara belajar dan bekerja online atau hanya kesenangan untuk menghabiskan waktunya, semua kegiatan rumah akan terbengkalai bila tidak bisa memanagement waktu dan dirinya, karena sudah terlena dengan medsos. Oh iya pastinya bahagia dan sedih campur jadi satu. Sebagai seorang pendidik di tengah-tengah covid 19 sekreatif mungkin harus menyiapkan materi pembelaran yang menarik, sehingga di sinilah kemudian di sela-sela pembelajaran harus belajar ngedit konten-konten pembelajaran menjadi video yang kreaif dan inovatif untuk membangkitkan semangat anak-anak untuk belajar.

Mengabdi dan Berbakti
Meningkatnya jumlah pasien covid 19 di negeri ini membuat semua khawatir sehingga untuk mengurangi penyebaran pandemi covid 19 ini yaitu dengan memakai masker, cuci tangan dan social distanc yang kemudian akan diberlakukan lockdown, setelah adanya berita bahwa akan diberlakukannya lockdown tak lama kemudian memutuskan untuk mudik (mudiknya sebelum ada larangan mudik) setelah bersibaku di tanah rantau. Meskipun sempat harus isolasi mandiri karena dari luar kota tapi tidak ada kata berhenti untuk tetap belajar dan bekerja melalui daring. Adanya covid 19 ini merupakan waktu terlama di rumah yang bertepatan juga dengan bulan Ramadhan.
Di saat para medis megabdikan dirinya sebagai garda terdepan dalam membantu penyembuhan pasien yang terpapar covid 19. Maka yang bisa saya lakukan saat ini adalah untuk tetap berada di rumah yanga merupakan salah satu anjuran pemerintah dalam rangka penyebaran pandemi ini supaya tetap stay at home. Ternyata untuk tetap berada di rumah saja tidak bisa dilaksanakan, dan terpaksa untuk keluar rumah karena harus membantu orang tua dalam pekerjaannya di pertanian. Berat memang karena di saat pandemi yang mengharuskan untuk tetap di rumah tapi tidak bisa bagi para petani di desa karena jika tidak merawat dan memanen tanamannya maka tidak bisa memenuhi kebutuhannya dalam mempertahankan hidup keluarganya.
Sebagai seorang perempuan yang berperan ganda di publik dan domestik tentu tidak bisa diabaikan salah satu, tetapi bagaimana supaya keduanya tetap berjalan di tengah-tengah pandemi ini. Dengan di rumah saatnya untuk membantu dan berbakti kepada orang tua, di sela-sela itu adalah dimanfaatkan untuk belajar masak meskipun tak seenak masakan restoran tapi seenggknya mengenal dan mengetahui nama-nama peralatan masak dan bumbu-bumbu masakan. Sebagai seorang aktivis maka yang bisa dilakukan dan dikontribusikan saat ini adalah bergerak dengan qolam dan memanfaatkan medsos dengan bijak dan arif untuk mengajak amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah pandemi covid 19, tetapi harus tetap berbagi kepedulian untuk terjun ke lapangan dengan tetap mematuhi protokol WHO.

Friday, March 20, 2020

Ashima Food (Nasi Goreng)

Nasi goreng adalah kuliner khas Asia khususnya di Indonesia. Kuliner ini bisa dinikmati oleh semua kalangan baik dari kalangan proleta maupun borjuis. Bahanya cukup simpel dan mudah di dapatkan, cara masaknya pun waktunya relatif singkat. Di Indonesia kuliner ini sangat mudah didapatkan mulai dari restoran, kafe, pedangang kaki lima, kuliner2 pinggir jalan, warung makan bahkan di era digital nasi goreng bisa dipesan melalui aplikasi gofood, grabfood dll dan tingga tunggu di rumah. 
Oke di sini Ashima Food mencoba meracik Nasi Goreng yang rasanya juga tak kalah dengan nasi goreng yang ada di restoran. Meskipun dengan menggunakan alat seadanya dikarenakan tak ada kompor di kontrakan sehingga memakai rice cooker dan bahanya tanpa diulek. Yang pastinya menu sehat dari kami.
Bahan:
1. Nasi Putih 
2. Bawang putih
3. Bawang merah
4. Wortel
5. Daun Bawang
6. Kecap
7. Cabe
8. Minyak goreng
9. Garam
10. Gula pasir

Cara memasak:
1. Siapkan dan nyalakan rice cooker dg tekan tombol cooking kira-kira 2 menit
2. Masukkan minya goreng 1 setengah sendok teh
3. Setelah minyaknya panas masukkan bawang putih yang sdh di geprek+iris kemudian dilanjutkan irisan bawngh merah lalu mamsukkan garam secukupnya dan gula pasir sedikit sebagai pengganti penyedap, kemudian masukkan wortel yang sudah dipotong kecil-kecil
4. Setlah 3 menit masukkan nasi goreng dan ratakan dengan bumbunya kemudian masukkan kecap dan aduk sampai rata dan sampai matang
5. Nasi goreng siap dihidangkan dipiring dan siap dinikmati


Semoga bermanfaat ya temn-teman di saat situasi indonesia yang sekarang perlu perhatian penuh dengan adanya virus corona #dirumahaja #ashimafood #terAShima #social distance #healthy

Sunday, March 15, 2020

14 Maret 2020 masih bersama Ikatan

"Sejak berdirinya IMM immawan & immawati itu sama" (Elidah Djazman). Sebagai immawati perlu disyukuri perempuan bisa berperan dan mengekspresikan dirinya di dalam tubuh ikatan yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiya. Ikatan yang terbuka untuk perempuan dalam bergerak di publik untuk para IMMawati. Mengejewantahkan trilogi ikatan: keagamaan, kemahasiswaan & kemasyarakatan dalam bergerak di ikatan merah dan ikatan penah ini yang bersemboyankan billahi fii sabilil haq fastabiqul khairot. Begitu berarti bila ikatan ini mampu bersatu dan berkolaborasi dalam memajukan Ikatan, Persyarikatan dan Bangsa ini. 
Berbicara IMM disitulah ada penggerak yang bernama IMMawan & IMMawati sebagai pelakunya. Sebagai harapan penyambung generasi berikutnya sebagi pencipta generasi ke depan yang lebih baik dari hari ini. IMM hadir dengan memberi makna yang berarti, memberi warna di dalam persyarikan dan di luar persayrikatan. Semangat merahnya yang tak pernah luntur, putih melatihnya yang selalu mengahrumkan, kuning matahari yang selalu menyinari dan menerangi.
Menyelami IMM di negri ini yang berisikan laboratorium intelektual, keagamaan & pemberdayaan sosial. sehingga mampu mencerahkan dan memberi ruang kepada para perempuan teekhusus immawati untuk bosa turut berkontribusi dalam ikatan yang tak pernah padam. 
Negeri indah adil dan makmur sebuah harapan dari ikatan untuk mewujudkannya, salah satunya adalah dengan adanya kerjasama antara immawan & immawati karana keduanya mempunyai peran yang sama. Selamat Milad IMM ke 56 yang telah melengkapi sebagian cerita hidupku.

Sunday, February 9, 2020

Revitalisasi Identitas IMMawati Sebagai Role Model Ikatan


Menjelang 56 tahun IMMawati telah hadir di tubuh ikatan bersamaan dengan hadirnya IMM. Immawati itulah sapaan kader putri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Hadirnya IMMawati di dalam sebuah Ikatan adalah untuk mengimplementasikan QS. Ali Imron: 104. Immawati sebagai gerakan mahasiswa islam di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Immawati Elida Djazman merupakan immawati pertama di IMM dan beliau memberi pean bahwa sejak berdirinya IMM posisi immawan dan immawati itu sama.
Dengan IMM inilah immawati mulai bisa berperan di berbagai bidang baik di bidang pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan dan sosial. Immawati sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan yang berada di IMM merupkan wadah khusus bagi usaha IMM untuk memberdayakan fungsi dan peran-peran keummatan yang semestinya dilakukan oleh Immawati.
Dalam kongres Perempuan Indonesia ke 1 pada 1923, organisasi perempuan di seluruh Indonesia bertemu dengan tujuan untuk mendiskusikan seputar gender, membentuk mekanisme hubungan antar perempuan dan menyamakan suara pembelaan terhadap kepentingan perempuan Indonesia yang ditujukan kepada pemerintah. Sebagai immawati tidak hanya sebagai pelanjut estafet ‘aisyiyah tetapi juga sudah memulai untuk peka terhadap isu-isu yang ada dan melakukan pembelaan kepada kaum lemah untuk membangun peradaban yang berkemajuan. Sebagaimana orientasi gerakan immawati bahwa immawati sebagai gerakan akademisi Islam yang terkait dengan pengejewantahan trilogi IMM yaitu kemahasiswaan, keagamaan dan kemasyarakatan yang membangun suatu peradaban bagi bentuk gerak langkah immawati kini dan esok.
Keberadaan bidang immawati sendiri itu bukan sebagai wadah putri yang tertutup tapi juga sebagai stabilisator organisasi IMM baik dalam administrasi maupun aksi karena di dalamnya kader immawan dan immawati itu sebagai mitra dalam rangka untuk mewujudkan tujuan IMM dan Muhammadiyah. Bidang immawati mempunyai tujuan untuk mengupayakan tercapainya tujuan IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah, memberi pengetahuan agar mampu memahami peran perempuan di IMM serta mampu untuk menganalisis dan manajement isu-isu perempuan dan memperluas wawasan tentang immawati dan adil gender dalam IMM yang tetap sesuai dengan al Qur’an dan as Sunnah.
Immawati harus mampu menstabilkan antara perasaan dan akalnya mengingat dominasi immawati di tubuh ikatan tetapi perannya yang di rasa masih kurang, maka di sini immawati juga harus mengembangkan keilmuannya, memperluas wawasannya dan peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya. IMM yang mempunyai gerakan anggun dalam moral dan unggul dalam intelektuan, dengan demikian immawati harus mampu mengimplementasikannya dalam kehidupannya sehingga identitas immawati itu terbentuk. Immawati harus bisa mempunyai kapasitas intelektual sehingga mampu mengatualisasikan ilmunya untuk melakukan perubahan, mempunyai skil kesenian maupun ketrampilan untuk membentuk kemandirian immawati dan juga sebagai poros pergerakan perempuan yang tetap berpegang pada al Qur’an dan as Sunnah. Adapun manifesto immawati yang dihasilkan oleh bidang immawati DPP adalah immawati sebagai penguat nilai-nilai keislaman, immawati sebagai basis gerakan perempuan dan immawati sebagai penguat pilar bangsa. Supaya identitas immawati itu terbentuk juga perlu adanya profile immawati dan gerakan strategis advokasi perempuan. 


Tuesday, June 11, 2019

Serabi 10 Hari

Menjelang lebaran merupakan momentum liburan yang cukup lama bagi kalangan mahasiswa, pekerja dan anak-anak sekolah, ada yang digunakan untuk mudik ke kampung halaman bagi para perantau, liburan dan lain sebagainya. So pasti yang pertama kali kita temui adalah orang tua dan keluarga kita. Hari sabtu/01 Juni 2019 perjalanan menuju kampung halaman tepatnya di desa Solokuro, kecamatan Solokuro, kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur 62265 sudah ku lalui. Aktivitas di rumah tidak jauh beda dengan liburan-liburan sebelumnya yang tak lain silaturrohmi ke keluarga, silaturrohmi bareng teman-teman TK sampai MTs, darus bareng para remaja musholla, JTF, IPM dan anak-anak pondok yang sedang libur.

Ketika di rumah maka kita tidak akan lepas dengan masyarakat yang ada disekeliling kita. Dan sering kali kalau para perantau pulang maka akan seperti menjadi orang asing karena masyarakat sekitar ada yang merasa pangkling ketika melihat warganya yang pulang dari perantauan entar itu dari segi fisiknya maupun yang lain. Dan kejadian itu terjadi ketika hari pertama liburanku di rumah, saat sholat tarawih semua warga desa pada ke masjid jami’ Solokura yang berada di tengah-tengah desa (masjid bersejarah yang di depannya ada sumber mata air). Sajadah mulai digelar oleh masing-masing jama’ah, meluruskan dan merapatkan shof. Para jama’ah disampingku tiba-tiba melihat diriku tanpa henti dan ku balas senyum ibuknya si han (batinku ibuknya han knapa lihat terus tanpa henti padahal sy itu tau kalau itu ibuknya) dan ternyata ibu tersebut menyimpan pertanyaan kepadaku dan setelah sholat isya’ mulai bertanya “sampean anaknya har to?” Jawabku nggih. “tak tenger kaet ndek mau anak,e har opo sopo iku, ya Allah padahal y masih keluargane” ujarnya. “na mantuk kpn?” dinten sabtu wau. Dan akhirnya ibu tersebut menceritakan anak perempuannya yang skarang smester 4.

Hubungan sosial tidak akan lepas dari diri kita karena kita hidup di dunia ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Dan sapalah orang-orang yang ada disekitar kita apalagi kalau hidup di desa saling menyapa adalah sesuatu yang sangat penting karena dengan menyapa tersebut rasa kekeluargaan itu akan semakin erat. Suatu ketika pulang dari masjid sy ketemu si mbah (beliau tetangga satu RW), ku sapa “mbah..?” jawabnya sinten iku? Iin, “gk sampean sopo kulo nggih mboten ngertos ne iin, mantuk kpn, sampun lulus ta? Nggih alhamdulillah sampun, mantuk dinten sambu, “alhamdulillah nah neng kono wae gk usah balik, neng kene yo meh ngopo yoan.” Jadi gaes kalau kalian pada pulkam jangan lupa saling sapa antar saudara sesama baik yang dekat maupun yang jauh.

Kegiatan yang tak pernah hilang sampai sekarang adalah kumpul bareng temn seangkatan, ntr itu bakaran maupun makan-makan bareng itulah kegiatan teman seangkatan saya, emang berbeda dengan angkatan-angkatan yang lain yang biasanya kumpul sama temn seangkatanya piknik tapi angkatanku pasti makan bareng di rumahnya mbk an mulai dari ngolah bumbu sampai motong ayampun dari kita yang nantinya di makan bareng di atas daun pisang. Persaudaraan tetap harus dijaga dan rasa kepedulian terhadap sesama.

Puasa Ramadhan 1440 H akan berakhir para remaja mushollah, IPM, JTF akan menyelenggarkan khataman Qur’an yang akan dilaksanakan di musholla al Amin seperti tahun-tahun kemarin setiap orang dapet jatah menyelesaikan satu juz al Qur’an, mushollah mulai ramai dengan bacaan al Qur’an yang awalnya hanya beberapa anak yang hadir semakin malam semakin banyak yang berdatangan sampai memenuhi mushollah, setelah semua selesai membaca al Qur’an kemudian ditutup dengan membaca do’a khotmil Qur’an secara bersama sama. Dan rangkaian acara selanjutnya yaitu berbagi reward kepada peserta darus Qur’an yang aktif dan yang terakhir adalah makan bersama, kira-kira selesai pukul 22.30 WIB.
Malam takbiran mulai berdendang dari pojok timur sampai pojok barat, mushollah-mushollah dan masjid. Dan malam takbiran ini saya ditugasi sbg juri gema takbir madrasah diniyah awaliyah at Taqwa Muhammadiyah, di sini saya bertemu dengan guru-guru saya, temn seperjuangan dan masih banyak lagi. Setelah ngobrol lama sama panitia dan para juri yang lain, meskipun saya juri perempuan sendiri tapi tak apa dari sbg perwakilan dari perempuan karena pesertanya juga dari madin putra dan putri.
Para santri mulai berkumpul dan berbaris rapi di depan mushollah at Taqwa tiba-tiba saya dipanggil tetanggaku diminta pulang.

Sholat Eid dilaksankan di halaman perguruan Muhammadiyah dengan imam dan khotib dari majelis tabligh PDM Lamongan beliau meyampiakn beberapa pesan yang bisa diambil bahwa “seseorang yang ingin masuk surga maka ada beberapa hal yang harus dilalui, perjalanan menuju pintu surga itu butuh ilmu,  pintunya adalah ibadah baik mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh dan kuncinya adalah tauhid.” Setelah melaksanakan sholat ied tradisi selanjutnya adalah saling bermaaf-maafan mulai dari kedua orang tua kita , tetangga, keluarga dekat maupun yang jauh. Dengan begitu saya ucapkan kepada semua yang belum bertemu “Taqobbalallahu Minna wa Minkum, Minal ‘aaidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin”

Liburan jika ada kegiatan di rumah maupun di masyarakat maka liburan kita akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat yang ada di sekitarnya tetapi jika liburan kita hanya di rumah saja maka seperti manusia domestik yang hanya berguna untuk dirinya sendiri.


Serba-Serbi 10 Hari
Solokuro village, Lamongan 01-10 Juni 2019

Pendidikan dan Keteladanan

Sejak diturunkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi proses pendidikan sudah dilakukan dan diajarkan, dalam ceritanya di buku qoshosul qur’an...