Menjelang lebaran merupakan momentum liburan yang cukup lama bagi kalangan mahasiswa, pekerja dan anak-anak sekolah, ada yang digunakan untuk mudik ke kampung halaman bagi para perantau, liburan dan lain sebagainya. So pasti yang pertama kali kita temui adalah orang tua dan keluarga kita. Hari sabtu/01 Juni 2019 perjalanan menuju kampung halaman tepatnya di desa Solokuro, kecamatan Solokuro, kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur 62265 sudah ku lalui. Aktivitas di rumah tidak jauh beda dengan liburan-liburan sebelumnya yang tak lain silaturrohmi ke keluarga, silaturrohmi bareng teman-teman TK sampai MTs, darus bareng para remaja musholla, JTF, IPM dan anak-anak pondok yang sedang libur.
Ketika di rumah maka kita tidak akan lepas dengan masyarakat yang ada disekeliling kita. Dan sering kali kalau para perantau pulang maka akan seperti menjadi orang asing karena masyarakat sekitar ada yang merasa pangkling ketika melihat warganya yang pulang dari perantauan entar itu dari segi fisiknya maupun yang lain. Dan kejadian itu terjadi ketika hari pertama liburanku di rumah, saat sholat tarawih semua warga desa pada ke masjid jami’ Solokura yang berada di tengah-tengah desa (masjid bersejarah yang di depannya ada sumber mata air). Sajadah mulai digelar oleh masing-masing jama’ah, meluruskan dan merapatkan shof. Para jama’ah disampingku tiba-tiba melihat diriku tanpa henti dan ku balas senyum ibuknya si han (batinku ibuknya han knapa lihat terus tanpa henti padahal sy itu tau kalau itu ibuknya) dan ternyata ibu tersebut menyimpan pertanyaan kepadaku dan setelah sholat isya’ mulai bertanya “sampean anaknya har to?” Jawabku nggih. “tak tenger kaet ndek mau anak,e har opo sopo iku, ya Allah padahal y masih keluargane” ujarnya. “na mantuk kpn?” dinten sabtu wau. Dan akhirnya ibu tersebut menceritakan anak perempuannya yang skarang smester 4.
Hubungan sosial tidak akan lepas dari diri kita karena kita hidup di dunia ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Dan sapalah orang-orang yang ada disekitar kita apalagi kalau hidup di desa saling menyapa adalah sesuatu yang sangat penting karena dengan menyapa tersebut rasa kekeluargaan itu akan semakin erat. Suatu ketika pulang dari masjid sy ketemu si mbah (beliau tetangga satu RW), ku sapa “mbah..?” jawabnya sinten iku? Iin, “gk sampean sopo kulo nggih mboten ngertos ne iin, mantuk kpn, sampun lulus ta? Nggih alhamdulillah sampun, mantuk dinten sambu, “alhamdulillah nah neng kono wae gk usah balik, neng kene yo meh ngopo yoan.” Jadi gaes kalau kalian pada pulkam jangan lupa saling sapa antar saudara sesama baik yang dekat maupun yang jauh.
Kegiatan yang tak pernah hilang sampai sekarang adalah kumpul bareng temn seangkatan, ntr itu bakaran maupun makan-makan bareng itulah kegiatan teman seangkatan saya, emang berbeda dengan angkatan-angkatan yang lain yang biasanya kumpul sama temn seangkatanya piknik tapi angkatanku pasti makan bareng di rumahnya mbk an mulai dari ngolah bumbu sampai motong ayampun dari kita yang nantinya di makan bareng di atas daun pisang. Persaudaraan tetap harus dijaga dan rasa kepedulian terhadap sesama.
Puasa Ramadhan 1440 H akan berakhir para remaja mushollah, IPM, JTF akan menyelenggarkan khataman Qur’an yang akan dilaksanakan di musholla al Amin seperti tahun-tahun kemarin setiap orang dapet jatah menyelesaikan satu juz al Qur’an, mushollah mulai ramai dengan bacaan al Qur’an yang awalnya hanya beberapa anak yang hadir semakin malam semakin banyak yang berdatangan sampai memenuhi mushollah, setelah semua selesai membaca al Qur’an kemudian ditutup dengan membaca do’a khotmil Qur’an secara bersama sama. Dan rangkaian acara selanjutnya yaitu berbagi reward kepada peserta darus Qur’an yang aktif dan yang terakhir adalah makan bersama, kira-kira selesai pukul 22.30 WIB.
Malam takbiran mulai berdendang dari pojok timur sampai pojok barat, mushollah-mushollah dan masjid. Dan malam takbiran ini saya ditugasi sbg juri gema takbir madrasah diniyah awaliyah at Taqwa Muhammadiyah, di sini saya bertemu dengan guru-guru saya, temn seperjuangan dan masih banyak lagi. Setelah ngobrol lama sama panitia dan para juri yang lain, meskipun saya juri perempuan sendiri tapi tak apa dari sbg perwakilan dari perempuan karena pesertanya juga dari madin putra dan putri.
Para santri mulai berkumpul dan berbaris rapi di depan mushollah at Taqwa tiba-tiba saya dipanggil tetanggaku diminta pulang.
Sholat Eid dilaksankan di halaman perguruan Muhammadiyah dengan imam dan khotib dari majelis tabligh PDM Lamongan beliau meyampiakn beberapa pesan yang bisa diambil bahwa “seseorang yang ingin masuk surga maka ada beberapa hal yang harus dilalui, perjalanan menuju pintu surga itu butuh ilmu, pintunya adalah ibadah baik mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh dan kuncinya adalah tauhid.” Setelah melaksanakan sholat ied tradisi selanjutnya adalah saling bermaaf-maafan mulai dari kedua orang tua kita , tetangga, keluarga dekat maupun yang jauh. Dengan begitu saya ucapkan kepada semua yang belum bertemu “Taqobbalallahu Minna wa Minkum, Minal ‘aaidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin”
Liburan jika ada kegiatan di rumah maupun di masyarakat maka liburan kita akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat yang ada di sekitarnya tetapi jika liburan kita hanya di rumah saja maka seperti manusia domestik yang hanya berguna untuk dirinya sendiri.
Serba-Serbi 10 Hari
Solokuro village, Lamongan 01-10 Juni 2019
Tuesday, June 11, 2019
Friday, February 22, 2019
Perempuan dalam Mitigasi Bencana
Indonesia
adalah salah satu Negara di dunia yang paling rawan bencana dan termasuk yang
berpotensi dalam perubahan iklim. Pada tahun 2018 telah tercatat oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekitar 1.999 kejadian bencana di
antaranya gempa, tsunami, erupsi gunung api, banjir, longsor, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, puting beliung, cuaca ekstrim dan lain sebagainya. Bencana
terus melanda muka bumi ini terutama di Indoneisa berupa bencana alam maupun bencana sosial. Bencana
yang mengakibatkan kematian banyak orang dan hewan serta berdampak pada
kerusakan infrastrktur bahkan mengakibatkan ketidaksetaraan gender. Maka
representasi perempuan dalam penanggulangan bencana, mitigasi, kesiapan,
bantuan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi sangatlah dibutuhkan perannya
karena perempuan lebih rentan mengalami penderitaan dalam situasi bencana dan
konflik.
Secara
struktural bencana telah banyak
menyebabkan perempuan menjadi miskin, disamping itu perempuan harus mengalami
masrginalisasi dalam penanganan bencana. Perempuan dikonstruksi sebagai
kelompok tersubordinasi oleh laki-laki sehingga perempuan harus menderita
kesulitan untuk akses terhadap informasi tak terkecuali ketika terjadi bencana
sampai tahap mitogasi bencana. Perempuan memiliki keterbatasan akses terhadap
sumberdaya seperti jaringan sosial, transportasi, informasi, keterampilan,
kontrol sumberdaya alam dan ekonomi, mobilitas individu, tempat tinggal dan
pekerjaan. Keterbatasan akses berdampak pada proses mitigasi dan pemulihan
akibat bencana sehingga marginalisasi ini telah menyebabkan perempuan harus
menanggung penderitaan yang lebih berat ketika tertimpa bencana. Perempuan
memiliki tugas-tugas domestik di rumah tangga seperti mengurus anak, orang tua
yang berusia lanjut dan anggota keluarga yang memiliki keterbatasan fisik
akibat bencana. Perempuan tidak memiliki kebebasan berpindah tempat untuk
mencari pekerjaan setelah mengalami bencana, sementara laki-laki secara leluasa
dapat berpindah tempat dan meninggalkan rumah tangga tanpa terkait tugas
domestik.
Dalam kondisi tersebut seorang perempuan sangatlah rentan
ketika terjadi bencana karena menyebabkan keterberdayaan dan pemiskinan lebih
lanjut apalagi jika terjadi pada seorang perempuan janda dan dengan terjadinya
bencana akan berdampak pada psikososil anak-anak yang harusnya menikmati
pendidikan, tempat bermain yang nyaman dan menyenangkan juga perhatian dari
orang tua. Perempuan memiliki peran strategis dalam
menghadapi bencana agar resiko yang ditimbulkan akibat bencana dapat ditekan
melalui upaya peningkatan perempuan dalam mitigasi bencana. Pada situasi bencana
perempuan berperan dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekontruksi terhadap
anak-anak, perempuan lansia dan korban bencana yang lain di antaranya yaitu dengan memperluas dukungan
psiko-sosial dan diversifikasi mata pencaharian dalam masa pemulihan bencana
karena seorang perempuan sangat penting untuk manajemen resiko yang efektif
dalam mempersiapkan rumah tangga, menyimpan stok makanan dan mempertahankan
jaringan sosial untuk penyebaran informasi, pemulihan anak-anak dan masyarakat..
Dalam UU No. 24/2007 tentang penananggulangan bencana menetapkan prinsip
kesetaraan di hadapan hukum dan dalam pemerintah, yang berarti bahwa isi
ketentuan dalam penanggulangan bencana tidak dapat terkait dengan masalah yang
membedakan latar belakang agama, etnis, ras, kelompok, gender atau status
sosial.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pendidikan dan Keteladanan
Sejak diturunkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi proses pendidikan sudah dilakukan dan diajarkan, dalam ceritanya di buku qoshosul qur’an...
-
A. PENDAHULUAN Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi gerakan mahasiswa sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah yang ...
-
Menjelang 56 tahun IMMawati telah hadir di tubuh ikatan bersamaan dengan hadirnya IMM. Immawati itulah sapaan kader putri Ikatan Mahasis...
-
Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan sesuatu. [1] Dan Strategi merupakan proses peny...