Friday, February 2, 2018

PARADIGMA PERKADERAN IMM


A.   PENDAHULUAN
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi gerakan mahasiswa sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kader-kader akademis Muhammadiyah masa depan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan baik itu yang di PTM maupun PTN.
Jadi tugas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini sangat luas sehingga sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu harus bisa menguasai katiga hal tersebut dan juga harus kritis dan aktif dalam mananggapi isu-isu yang beredar baik itu di ranah keagmaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaaan maupun organisasi itu sendiri. Tidak hanya demikian akan tetapi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga merupakan bagian dari generasi muda bangsa Indonesia dan bagian dari generasi muda muhammadiyah yang mempunyai peran yang begitu penting yang mampu mewarnai kehidupan bangsa ini dan dituntut untuk memiliki kemampuan yang tepat dalam memberikan jawaban terhadap isu-isu yang beredar.
IMM sebagai organisassi keislaman serta kader muda intelektual muhammadiyah harus menjadikan islam sebagai ideology yang hanya mengakui Allah sebagai kebenaran mutlak. IMM juga harus menyerrukan islam sebagaimana diajarkan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya sebagai kebenaran. Inilah islam sebagai ideology: ekspansif, toleran tapi tidak mengakui yang lain sebagai kebenaran karena IMM bukan organisasi liberal. Islam sebagai ideology yang merupakan risalah Allah merupakan ajaran kebenaran komprehensif yang mengatur aspek-aspek yang paling individual hingga tatanan sossialyang bertampung dalam kapasitas kemanusiaan manusia. Islam sebagai ideology dapat menyelesaikan kebuntuan dan keraguan nalar manusia. Secara filosofis islam menawarkan kepastian jalan mengenal aturan hidup yang paling ideal yang bisa ditemukan dalam Al Quran dan As Sunnah yang dapat dipertanggungjawabkan lewat nalar kemanusiaan dan pembuktian-pembuktian logika.
Kader IMM juga harus mempunyai akhlaq karena akhlaq merupakan pilar dan integritas seorang kader dalam berjuang di ikatan. Dalam rangka ber-fastabiqul khorot maka akhlaq adalah bingkainya. Sesame kader ikatan harus saling mengenal, memahami dan menyatukan hati, pemikiran dan amal, saling membantu, mendoakan, memotivasi dan lain-lain. Dengan mengenal, memahami dan membantu sesame kader ikatan akan punya kesatuan niat, kesatuan akhlaq, kesatuan fikroh, kesatuan ikatandan kesatuan gerak serta aktifitas.
Oleh karena itu, pola dan strategi gerakan IMM saat ini yaitu gerakan pemberdayaan sosial atau kemasyarakatan dan juga gerakan keilmuan. Dalam hal ini juga kader ikatan harus menyerupai Rosul dalam konteks kekinian. Harus memiliki mental yang kuat, tahan banting dan tahan uji serta memiliki inspirasi yang luas, semangat yang kuat, komitmen yang kokoh, istiqomah yang mengkristal digaris edar perjuangan dan integritas pribadi yang dari segi landasan pemikiran maupun program aksi dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga perlu membuat strategi serta taktik yang bijak dan tepat untuk berhadapan dengan intuisi umat masa kini dan masa depan serta perlu melakukan antisipasi yang tepat dalam memainkan perannya untuk pemenangan masa depan.
                                                                                                           
B.   KAJIAN TEORI
1.    Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah. Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan mengamalkan ilmunya untuk melaksanakan ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.[1] Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus difahami yaitu:
a.      Tujuan IMM
Sebuah organisasi pasti mempunyai mimpi, cita-cita dan harapan yang kemudian ingin terwujud sesuai apa yang dicita-citakan. Begitu juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ingin mewujudkan cita-citanya. Karena cita-cita merupakan tujuan akhir dari perjuangan yang dilakukan oleh organisasi maupun akhir dari setiap kader yang berada dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini tujuan dari IMM yang telah disepakati sesuai dengan AD IMM bab II pasal 6 yaitu Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah.[2] Penulis meyimpulkan bahwa mengusahakan terbentuknya akademisi islam yaitu bahwa harapannya seorang akademisi/ mahasiswa mampu berfikir rasional dan ilmiah yang didasari dengan ilmu. Kemudian yang berakhlaq mulia bahwa seorang mahasiswa muhammadiyah itu harus mempunyai akhlaq, tingkah laku yang baik karena sesuai dengan hadist nabi yang di mana nabi pertama kali diperintahkan untuk menyempurnakan akhlaq “Innamaa bu’itstu liutammimma makaarimal akhlaa”. Karena Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan ortom dari muhammadiyah maka tujuan dari IMM tetap akan bermuara kepada tujuan muhammadiyah.

b.      Enam Penegasan IMM
1.      Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam.
2.      Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM.
3.      Menegaskan bahwa fungsi adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah.
4.      Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa syah dengan menindahkan segala hokum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah Negara.
5.      Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah.
6.      Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillaahi ta’aala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan umat.[3]

c.       Trilogi dan Tri Kompetensi Dasar
Trilogi Ikatan merupakan lahan juang dan simbol ikatan dalam melakukan transformasi sosial. Ikatan merupakan pergerakan kemahasiswaan yang basis kadernya adalah mahasiswa yang memiliki kultur berbeda dengan pergerakan lain. Pergerakan ikatan masih dalam lingkungan Muhammadiyah untuk bangsa dan agama Islam.oleh karena itu, perlu mengedepankan bidang yang tertuang dalam trilogi IMM yaitu:[4]
1.      Keagamaan
2.      Kemahasiswaan
3.      Kemasyarakatan
Trilogi yang dimiliki ikatan ini merupakan tugas berat buat kader-kader IMM untuk melaksanakan ketiganya sebagai cerminan dalam gerak transformasi sosial. Dan Tri Kompetensi Dasar yaitu:[5]
1.      Religiusitas
2.      Intelektualitas
3.      Humanitas

d.      Slogan IMM
Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual
Billahi fi sabiililhaq, fastabiquul khoiraat

e.       Nilai Dasar Ikatan
1.      IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak tiga bidang keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
2.      Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama Islam yang hanif dan berkarakter rahmat bagi sekalian alam.
3.      Segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan besar gerakan IMM, perlawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader IMM.
4.      Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan berangkat individu-individu mukmin, maka kesadaran melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran di tengah masyarakat.[6]

f.         Profil Kader Ikatan
1.      Memiliki keyakinan dan sikap keagamaan yang tinggi agar keberadaan di Ikatan di masa yang akan datang mampu memberi warna masyarakat yang mulai meninggikan nilai-nilai agama.
2.      Memiliki wawasan dan kecakapan memimpin karena keberadaan kader Ikatan bagaimanapun merupakan potensi kepemimpinan umat.
3.      Memiliki kecendekiawan, mengingat spesialisasi dan profesionalisasi, mempersempit cakrawala berpikir dalam sub bidang kehidupan yang sempit.
4.      Memiliki wawasan dan ketrampilan berkomunikasi, mengingat bahwa masa yang akan datang industry informasi akan mendominasi system budaya kita. Sebagaimana juga watak islam yang dalam keadaan apapun juga selalu siap melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai essensi darikomunikasi islamisasi.[7]

2.    Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Muhammadiyah, selain sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, juga merupakan organisasi perkaderan. Maka perkaderan IMM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perkaderan Muhammadiyah itu sendiri, begitu juga ortom yang lain. Artinya, secara ideologis perkaderan IMM idealnya harus sejalan dengan perkaderan Muhammadiyah sebagai induknya. Adapun tujuan dari perkaderan yaitu untukmenciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlaqul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri. Dalam pola dan strategi perkaderan maka perlu adanya landasan perkaderan, kurikulum dan termasuk juga sumber daya manusia.[8]
a.         Landasan Perkaderan
1.   Landasan Nilai/Etik
Yaitu landasan yang mengatur secara normatif dan mendasar seluruh pelaksanaan kegiatan perkaderan IMM, adalah Al Qur’an dan As Sunnah yang secara operasional dijabarkan dalam khittah perjuangan Muhammadiyah dan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
2.   Landasan Hukum
a.       Pancasila
b.      UUD 45
c.       UU No 8 th 1985 tentang keormasan
3.   Landasan Formal Organisasi
a.       Keputusan PP Muhammadiyah tentang kaidah ortom
b.      Keputusan Muktamar XIII IMM di Bandar Lampung
c.       Program Kerja DPP IMM bidang kader
b.      Kurikulum Perkaderan
Materi perkaderan IMM dikembangkan dalam lima kelompok materi yaitu:
1.      Materi pokok ideologi
2.      Materi pokok keorganisasian/kepemimpinan
3.      Materi kelompok wawasan, kapita selekta
4.      Materi pokok terapan
5.      Muatan lokal
Dari kelima itu akan dikembangkan silabi untuk masing-masing komponen dan jenjang yang dibangun dengan pendekatan muatan Nasional dan muatan local yang dikemas secara ideal dan dinamis.
c.      Komponen dan Jenjang Perkaderan
1.      Pra Perkaderan
Komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan memasyarakatkan IMM, sekaligus sebagai wahana recruitmen anggota serta persiapan untuk memasuki perkaderan DAD. Komponen pra perkaderan ini selanjutnya disebut Masa Ta’aruf (MASTA)
2.      Perkaderan Utama
Yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan merupakan pokok perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara structural menjadi prasyarat tertentu. Secara berjenjang, perkaderan utama terdiri dari tingkatan sebagai berikut:
a.       Darul Arqam Dasar (DAD)
b.      Darul Arqam Madya (DAM)
c.       Darul Arqam Paripurna (DAP
3.      Perkaderan Khusus
Yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakapan khusus. Komponen perkaderan khusus terdiri dari:
a.       Latihan Instruktur Dasar (LID)
b.      Latihan Instruktur Madya (LIM)
c.       Latihan Instruktur Paripurna (LIP)
4.      Perkaderan Pendukung
Yaitu untuk meningkatkan potensi kader sesuai minat, bakat, keterampilan, keahlian dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Komponen perkaderan pendukung terdiri dari:
a.       Perkaderan pendukung pokok (misalnya: Diksuswati, Pelatihan Jurnalistik dll)
b.      Perkaderan pendukung tambahan (misalnya: Diskusi, Penokohan Kader, forum kajian dll)

C.   PEMBAHASAN
IMM merupakan sebuah gerakan dakwah intelektual yang harus dimiliki oleh seorang kader, karena IMM sebagai organisasi pergerakan dan organisasi perkaderan sebagai organisasi perkaderan dengan tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah. Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan IMM menetapkan tiga ranah gerak yang menjadi lahan garapannya, yaitu Keagamaan (Religiusitas), Kemahasiswaan (Intelektualitas) dan Kemasyarakatan (Humanitas). Kader IMM diharapkan menjadi kader yang dari segi keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan itu baik dan berjalan secara seimbang.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi perkaderan harus menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai landasan dasar dalam bergerak, sebagaimana Muhammadiyah dengan tetap berijtihad dan menolak taqlid buta. Proses perkaderan dalam IMM dibangun dengan internalisasi nilai-nilai Ikatan dan Muhammadiyah kepada kader, sehingga kader memahami ranah gerak dan peran mereka sebagai inti dari organisasi. Untuk membangun Muhammadiyah abad ke-2 dan abad berikutnya, perkaderan IMM harus diarahkan kepada pembangunan generasi muda Muhammadiyah, agar tidak mengalami disorientasi perkaderan. Karena IMM adalah organisasi perkaderan maka perlunya penerus, pelangsung dan penyempurna dari semua itu, sehingga perlunya penguatan ideologi IMM ke kader dan perlunya pemberdayaan kader. Maka dari itu kader IMM di sini yaitu mereka yang menjadi inti dan sangat mengerti azas serta tujuan organisasi IMM, siap menerima tugas dan siap ditempatkan di manapun. Yang kemudian di organisasi ada kaderisasi yang merupakan proses di mana individu anggota organisasi di tempa agar menjadi kader yang militan.
Dalam sistem perkaderan Ikatan (SPI) IMM meyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlaqul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwa amar ma’ruf nahi munkar. Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari kaderisasi di setiap level, mulai dari akar rumput (komisariat) hingga tingkat pusat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam menetukan model pendidikan kader dalam IMM antara lain:
1.      Model pendidikan tidak boleh menyimpang dari sistem kaderisasi yang telah digariskan oleh muhammadiyah
2.      Model pendidikan harus terintegrasi dengan ortom yang lain
3.      Tiap level pimpinan harus melaksanakan apa yang telah dibakukan oleh pusat.[9]
Berbicara perkaderan maka tidak lepas dengan kaderisasi. Oleh karena itu perkaderan itu belum berhasil itu bisa dilihat dari banyaknya pola-pola komisariat yang menjauh dari pola IMM sebagai sebuah gerakan dan bahkan cenderung pada event organizer. Dan di cabang disibukkan dengan berbagai pembenahan internal, perebutan kekuasaan di tingkat daerah, menghilangkan fokus ikatan pada isu-isu lokal yang keberadaan ikatan sebenarnya dinantikan oleh masyarakat setempat. Kemudian di tingkat selanjutnya yaitu godaan-godaan partai politik terkesan membenamkan asa profetik yang menjadi ghiroh perjuangan ikatan, termasuk juga belum optimalnya peran instruktur ditiap level pimpinan.
Perkaderan dalam tubuh IMM dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar yaitu kategori perkaderan formal dan kategori perkaderan non formal  (hubungan antar individu, aktivitas (non training). Perkaderan formal yaitu yang terdiri dari beberapa pelatihan yang termaktub dalam SPI IMM di antaranya perkaderan utama (DAD, DAM, DAP), perkaderan khusus (LID, LIM, LIP) dan perkaderan pendukung (perkaderan pendukung pokok dan perkaderan pendukung tambahan). Sedangkan perkaderan non formal lebih menekankan pada interaksi antar individu. Dan perkaderan non formal inilah yang cukup besar bagi perkembangan kader, namun sayangnya perencanaan yang dinilai sebagai salah satu factor penentu keberhasilan justru sangat sulit diterapkan pada model perkaderan ini. Perkaderan non formal juga memiliki ketergantungan pada tokoh yang dapat berperan sebagai pemberi. Karena banyaknya problem inilah SPI tidak membicarakannya.[10]
Maka ada tiga kata kunci penting dalam proses perkaderan yaitu pelaku, ideologi gerakan dan sistem perkaderan. Pelaku perkaderan lebih kepada peran instruktur sebagai pelaksana perkaderan ikatan. Bagaimana dan di mana seharusnya posisi instruktur dalam proses perkaderan menjadi pertanyaan yang harus dijawab. Dalam sistem perkaderan setidaknya ada dua fase yang menjadi fase doktrinasi pasca perkaderan DAD yang sangat menetukan. Kedua fase tersebuat ialah fase individuasi dan fase differensiasi.
Dalam hal ini IMM mempunyai Sistem Perkaderan Ikatan (SPI), namun buku tersebut belum sepenuhnya mampu memberika jawaban terhadap masalah disorientasi perkaderan yang ada dalam Ikatan. Meskipun memang, terdapat penjelasan mengenai jenjang perkaderan di setiap level, tapi dalam praksisnya belum mampu menghasilan output yang diharapkan (ideal). Salah satunya yang mendasar perlu dilakukan adalah evaluasi total perkaderan mulai dari perkaderan dasar (DAD), perkaderan Madya (DAM) dan perkaderan Paripurna (DAP). Karena selama ini IMM (dan kemungkinan terjadi juga pada Gerakan Mahasiswa lain) tidak secara konsisten mengevaluasi ouput perkaderan di setiap level, baik perkaderan formal (utama) maupun khusus. Sehingga evalusi itu perlu dilakukan disetiap perkaderan IMM baik perkaderan utama, khusus maupun pendukung karena dengan evaluasi tersebut akan memperbaiki perkaderan ke depan.
D.   KESIMPULAN
IMM merupakan sebuah gerakan dakwah intelektual yang harus dimiliki oleh seorang kader, karena IMM sebagai organisasi pergerakan dan organisasi perkaderan sebagai organisasi perkaderan dengan tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah. Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan IMM menetapkan tiga ranah gerak yang menjadi lahan garapannya, yaitu Keagamaan (Religiusitas), Kemahasiswaan (Intelektualitas) dan Kemasyarakatan (Humanitas). Kader IMM diharapkan menjadi kader yang dari segi keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan itu baik dan berjalan secara seimbang.
Karena IMM sebgai organisasi perkaderan maka tujuan dari perkaderan ini yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlaqul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwa amar ma’ruf nahi munkar. Maka ada tiga kata kunci penting dalam proses perkaderan yaitu pelaku, ideologi gerakan dan sistem perkaderan. Pelaku perkaderan lebih kepada peran instruktur sebagai pelaksana perkaderan ikatan. Bagaimana dan di mana seharusnya posisi instruktur dalam proses perkaderan menjadi pertanyaan yang harus dijawab.
Oleh karena itu perkaderan di organisasi khususnya IMM itu sangat penting dan menjadi seorang kader itu juga sangat berat karena harus siap menerima apapun dan harus siap ditugaskan di manapun. Mengkader itu juga sangat diperlukan baik dengan cara formal dan non formal atau perkaderan kultural. Sehingga ketika seorang kader sudah mengikuti perkaderan dan sudah dikader maka follow up/tindak lanjut dari perkaderan itu juga harus diterapkan begitu juga dengan pengorbitan seorang kader. Sudah dijelaskan juga dalam surat An Nisa’: 9 bahwa “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Dapat diambil kesimpulan dari ayat tersebut bahwa generasi ke depan itu harus lebih baik, maka dari itu perlunya suatu perkaderan yang harus tetap dijalankan.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Sani, M. 2017. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Fathoni AF, Farid. 1990. Kelahiran yang Dipersoalkan.: PT Bina Ilmu.
https://rifdoisme.wordpress.com/2014/10/06/pola-perkaderan-dasar-ikatan-mahasiswa-muhammadiyah-imm-konsepsi-dan-aktualisasi/
PC IMM A.R Fachruddin Kota Yogyakarta 2013. Tak Sekedar Merah. Yogyakarta: MIM Indigenous School
Susanti, Khotimun dkk. 2011. Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat.
                                      






[1]Farid Fathoni AF, Kelahiran yang Dipersoalkan, Cet. 1,  (Surbaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 314.
[2]M. Abdul Halim Sani, Manifesto Gerakan Intelektual Profetik, Cet. 2, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), hlm. 38.
[3]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat, 2011), hlm. X.

[4]M. Abdul Halim Sani, Manifesto Gerakan Intelektual Profetik, Cet. 2, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), hlm. 43.
[5]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XI.

[6]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XII.
[7]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XII.
[8]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. 2-5.

[9]PC IMM A.R Fachruddin Kota Yogyakarta, Tak Sekedar Merah, (Yogyakarta: MIM Indigenous School, 2013), hlm. 38.
[10]PC IMM A.R Fachruddin Kota Yogyakarta, Tak Sekedar Merah, hlm. 40-41.

Pendidikan dan Keteladanan

Sejak diturunkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi proses pendidikan sudah dilakukan dan diajarkan, dalam ceritanya di buku qoshosul qur’an...