A. PENDAHULUAN
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah merupakan organisasi gerakan mahasiswa sekaligus organisasi otonom
Muhammadiyah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kader-kader akademis
Muhammadiyah masa depan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa
Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan baik
itu yang di PTM maupun PTN.
Jadi tugas
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini sangat luas sehingga sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah itu harus bisa menguasai katiga hal tersebut dan juga
harus kritis dan aktif dalam mananggapi isu-isu yang beredar baik itu di ranah
keagmaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaaan maupun organisasi itu sendiri.
Tidak hanya demikian akan tetapi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga merupakan
bagian dari generasi muda bangsa Indonesia dan bagian dari generasi muda
muhammadiyah yang mempunyai peran yang begitu penting yang mampu mewarnai
kehidupan bangsa ini dan dituntut untuk memiliki kemampuan yang tepat dalam
memberikan jawaban terhadap isu-isu yang beredar.
IMM
sebagai organisassi keislaman serta kader muda intelektual muhammadiyah harus
menjadikan islam sebagai ideology yang hanya mengakui Allah sebagai kebenaran
mutlak. IMM juga harus menyerrukan islam sebagaimana diajarkan Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya sebagai kebenaran. Inilah islam sebagai ideology: ekspansif,
toleran tapi tidak mengakui yang lain sebagai kebenaran karena IMM bukan
organisasi liberal. Islam sebagai ideology yang merupakan risalah Allah
merupakan ajaran kebenaran komprehensif yang mengatur aspek-aspek yang paling
individual hingga tatanan sossialyang bertampung dalam kapasitas kemanusiaan
manusia. Islam sebagai ideology dapat menyelesaikan kebuntuan dan keraguan
nalar manusia. Secara filosofis islam menawarkan kepastian jalan mengenal
aturan hidup yang paling ideal yang bisa ditemukan dalam Al Quran dan As Sunnah
yang dapat dipertanggungjawabkan lewat nalar kemanusiaan dan pembuktian-pembuktian
logika.
Kader IMM
juga harus mempunyai akhlaq karena akhlaq merupakan pilar dan integritas
seorang kader dalam berjuang di ikatan. Dalam rangka ber-fastabiqul khorot
maka akhlaq adalah bingkainya. Sesame kader ikatan harus saling mengenal,
memahami dan menyatukan hati, pemikiran dan amal, saling membantu, mendoakan,
memotivasi dan lain-lain. Dengan mengenal, memahami dan membantu sesame kader
ikatan akan punya kesatuan niat, kesatuan akhlaq, kesatuan fikroh, kesatuan
ikatandan kesatuan gerak serta aktifitas.
Oleh
karena itu, pola dan strategi gerakan IMM saat ini yaitu gerakan pemberdayaan
sosial atau kemasyarakatan dan juga gerakan keilmuan. Dalam hal ini juga kader
ikatan harus menyerupai Rosul dalam konteks kekinian. Harus memiliki mental
yang kuat, tahan banting dan tahan uji serta memiliki inspirasi yang luas,
semangat yang kuat, komitmen yang kokoh, istiqomah yang mengkristal digaris
edar perjuangan dan integritas pribadi yang dari segi landasan
pemikiran maupun program aksi dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga perlu
membuat strategi serta taktik yang bijak dan tepat untuk berhadapan dengan
intuisi umat masa kini dan masa depan serta perlu melakukan antisipasi yang
tepat dalam memainkan perannya untuk pemenangan masa depan.
B. KAJIAN TEORI
1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi
kader yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan dalam
rangka mencapai tujuan muhammadiyah. Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah, maka
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah
masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu setiap anggota
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan
mengamalkan ilmunya untuk melaksanakan ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.[1]
Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus difahami yaitu:
a. Tujuan IMM
Sebuah organisasi pasti mempunyai mimpi, cita-cita
dan harapan yang kemudian ingin terwujud sesuai apa yang dicita-citakan. Begitu
juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ingin mewujudkan cita-citanya. Karena
cita-cita merupakan tujuan akhir dari perjuangan yang dilakukan oleh organisasi
maupun akhir dari setiap kader yang berada dalam organisasi tersebut. Dalam hal
ini tujuan dari IMM yang telah disepakati sesuai dengan AD IMM bab II pasal 6
yaitu Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlaq mulia dalam
rangka mencapai tujuan muhammadiyah.[2]
Penulis meyimpulkan bahwa mengusahakan terbentuknya akademisi islam yaitu bahwa
harapannya seorang akademisi/ mahasiswa mampu berfikir rasional dan ilmiah yang
didasari dengan ilmu. Kemudian yang berakhlaq mulia bahwa seorang mahasiswa
muhammadiyah itu harus mempunyai akhlaq, tingkah laku yang baik karena sesuai
dengan hadist nabi yang di mana nabi pertama kali diperintahkan untuk
menyempurnakan akhlaq “Innamaa bu’itstu liutammimma makaarimal akhlaa”.
Karena Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan ortom dari muhammadiyah maka
tujuan dari IMM tetap akan bermuara kepada tujuan muhammadiyah.
b. Enam Penegasan IMM
1. Menegaskan
bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam.
2. Menegaskan
bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM.
3. Menegaskan
bahwa fungsi adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah.
4. Menegaskan
bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa syah dengan menindahkan segala hokum,
undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah Negara.
5. Menegaskan
bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah.
6. Menegaskan
bahwa amal IMM adalah lillaahi ta’aala dan senantiasa diabadikan untuk
kepentingan umat.[3]
c. Trilogi dan Tri Kompetensi Dasar
Trilogi Ikatan merupakan lahan juang dan simbol
ikatan dalam melakukan transformasi sosial. Ikatan merupakan pergerakan
kemahasiswaan yang basis kadernya adalah mahasiswa yang memiliki kultur berbeda
dengan pergerakan lain. Pergerakan ikatan masih dalam lingkungan Muhammadiyah
untuk bangsa dan agama Islam.oleh karena itu, perlu mengedepankan bidang yang
tertuang dalam trilogi IMM yaitu:[4]
1. Keagamaan
2. Kemahasiswaan
3. Kemasyarakatan
Trilogi yang dimiliki ikatan ini merupakan tugas
berat buat kader-kader IMM untuk melaksanakan ketiganya sebagai cerminan dalam
gerak transformasi sosial. Dan Tri Kompetensi Dasar yaitu:[5]
1. Religiusitas
2. Intelektualitas
3. Humanitas
d. Slogan IMM
Anggun
dalam Moral, Unggul dalam Intelektual
Billahi
fi sabiililhaq, fastabiquul khoiraat
e. Nilai Dasar Ikatan
1. IMM
adalah gerakan mahasiswa yang bergerak tiga bidang keagamaan, kemahasiswaan dan
kemasyarakatan.
2. Segala
bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama Islam yang hanif dan
berkarakter rahmat bagi sekalian alam.
3. Segala
bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan besar
gerakan IMM, perlawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader IMM.
4. Sebagai
gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan berangkat individu-individu mukmin,
maka kesadaran melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus
mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran di tengah masyarakat.[6]
f. Profil Kader
Ikatan
1. Memiliki
keyakinan dan sikap keagamaan yang tinggi agar keberadaan di Ikatan di masa
yang akan datang mampu memberi warna masyarakat yang mulai meninggikan
nilai-nilai agama.
2. Memiliki
wawasan dan kecakapan memimpin karena keberadaan kader Ikatan bagaimanapun
merupakan potensi kepemimpinan umat.
3. Memiliki
kecendekiawan, mengingat spesialisasi dan profesionalisasi, mempersempit
cakrawala berpikir dalam sub bidang kehidupan yang sempit.
4. Memiliki
wawasan dan ketrampilan berkomunikasi, mengingat bahwa masa yang akan datang
industry informasi akan mendominasi system budaya kita. Sebagaimana juga watak
islam yang dalam keadaan apapun juga selalu siap melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar sebagai essensi darikomunikasi islamisasi.[7]
2. Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Muhammadiyah, selain sebagai organisasi sosial
keagamaan terbesar di Indonesia, juga merupakan organisasi perkaderan. Maka
perkaderan IMM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perkaderan
Muhammadiyah itu sendiri, begitu juga ortom yang lain. Artinya, secara
ideologis perkaderan IMM idealnya harus sejalan dengan perkaderan Muhammadiyah
sebagai induknya. Adapun tujuan dari perkaderan yaitu untukmenciptakan sumber
daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai perkembangan dan
kebutuhan zaman yang berakhlaqul karimah dengan proyeksi sikap individual yang
mandiri. Dalam pola dan strategi perkaderan maka perlu adanya landasan
perkaderan, kurikulum dan termasuk juga sumber daya manusia.[8]
a.
Landasan
Perkaderan
1. Landasan
Nilai/Etik
Yaitu landasan yang mengatur secara normatif dan
mendasar seluruh pelaksanaan kegiatan perkaderan IMM, adalah Al Qur’an dan As
Sunnah yang secara operasional dijabarkan dalam khittah perjuangan Muhammadiyah
dan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
2. Landasan
Hukum
a. Pancasila
b. UUD
45
c. UU
No 8 th 1985 tentang keormasan
3. Landasan
Formal Organisasi
a. Keputusan
PP Muhammadiyah tentang kaidah ortom
b. Keputusan
Muktamar XIII IMM di Bandar Lampung
c. Program
Kerja DPP IMM bidang kader
b. Kurikulum
Perkaderan
Materi perkaderan IMM dikembangkan dalam lima
kelompok materi yaitu:
1. Materi
pokok ideologi
2. Materi
pokok keorganisasian/kepemimpinan
3. Materi
kelompok wawasan, kapita selekta
4. Materi
pokok terapan
5. Muatan
lokal
Dari kelima itu akan dikembangkan silabi untuk
masing-masing komponen dan jenjang yang dibangun dengan pendekatan muatan
Nasional dan muatan local yang dikemas secara ideal dan dinamis.
c. Komponen
dan Jenjang Perkaderan
1. Pra
Perkaderan
Komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan
memasyarakatkan IMM, sekaligus sebagai wahana recruitmen anggota serta
persiapan untuk memasuki perkaderan DAD. Komponen pra perkaderan ini
selanjutnya disebut Masa Ta’aruf (MASTA)
2. Perkaderan
Utama
Yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan
merupakan pokok perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara
structural menjadi prasyarat tertentu. Secara berjenjang, perkaderan utama
terdiri dari tingkatan sebagai berikut:
a. Darul
Arqam Dasar (DAD)
b. Darul
Arqam Madya (DAM)
c. Darul
Arqam Paripurna (DAP
3. Perkaderan
Khusus
Yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam
rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakapan
khusus. Komponen perkaderan khusus terdiri dari:
a. Latihan
Instruktur Dasar (LID)
b. Latihan
Instruktur Madya (LIM)
c. Latihan
Instruktur Paripurna (LIP)
4. Perkaderan
Pendukung
Yaitu untuk meningkatkan potensi kader sesuai minat,
bakat, keterampilan, keahlian dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan
proses kaderisasi ikatan. Komponen perkaderan pendukung terdiri dari:
a. Perkaderan
pendukung pokok (misalnya: Diksuswati, Pelatihan Jurnalistik dll)
b. Perkaderan
pendukung tambahan (misalnya: Diskusi, Penokohan Kader, forum kajian dll)
C. PEMBAHASAN
IMM merupakan sebuah
gerakan dakwah intelektual yang harus dimiliki oleh seorang kader, karena IMM
sebagai organisasi pergerakan dan organisasi perkaderan sebagai organisasi
perkaderan dengan tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang
berakhlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah. Dari tujuan
tersebut dapat dirumuskan IMM menetapkan tiga ranah gerak yang menjadi lahan
garapannya, yaitu Keagamaan (Religiusitas), Kemahasiswaan (Intelektualitas) dan
Kemasyarakatan (Humanitas). Kader IMM diharapkan menjadi kader yang dari segi
keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan itu baik dan berjalan secara seimbang.
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah sebagai organisasi perkaderan harus menjadikan Al-Quran dan Sunnah
sebagai landasan dasar dalam bergerak, sebagaimana Muhammadiyah dengan tetap
berijtihad dan menolak taqlid buta. Proses
perkaderan dalam IMM dibangun dengan internalisasi nilai-nilai Ikatan dan
Muhammadiyah kepada kader, sehingga kader memahami ranah gerak dan peran mereka
sebagai inti dari organisasi. Untuk membangun Muhammadiyah abad ke-2 dan abad
berikutnya, perkaderan IMM harus diarahkan kepada pembangunan generasi muda
Muhammadiyah, agar tidak mengalami disorientasi perkaderan. Karena IMM adalah
organisasi perkaderan maka perlunya penerus, pelangsung dan penyempurna dari
semua itu, sehingga perlunya penguatan ideologi IMM ke kader dan perlunya
pemberdayaan kader. Maka dari itu kader IMM di sini yaitu mereka yang menjadi
inti dan sangat mengerti azas serta tujuan organisasi IMM, siap menerima tugas
dan siap ditempatkan di manapun. Yang kemudian di organisasi ada kaderisasi
yang merupakan proses di mana individu anggota organisasi di tempa agar menjadi
kader yang militan.
Dalam
sistem perkaderan Ikatan (SPI) IMM meyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM
ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik
yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlaqul
karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan
memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwa amar ma’ruf nahi munkar.
Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari kaderisasi di setiap level, mulai dari
akar rumput (komisariat) hingga tingkat pusat. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dlam menetukan model pendidikan kader dalam IMM antara lain:
1.
Model pendidikan tidak boleh menyimpang dari
sistem kaderisasi yang telah digariskan oleh muhammadiyah
2.
Model pendidikan harus terintegrasi dengan
ortom yang lain
3.
Tiap level pimpinan harus melaksanakan apa
yang telah dibakukan oleh pusat.[9]
Berbicara
perkaderan maka tidak lepas dengan kaderisasi. Oleh karena itu perkaderan itu
belum berhasil itu bisa dilihat dari banyaknya pola-pola komisariat yang
menjauh dari pola IMM sebagai sebuah gerakan dan bahkan cenderung pada event
organizer. Dan di cabang disibukkan dengan berbagai pembenahan internal,
perebutan kekuasaan di tingkat daerah, menghilangkan fokus ikatan pada isu-isu lokal
yang keberadaan ikatan sebenarnya dinantikan oleh masyarakat setempat. Kemudian
di tingkat selanjutnya yaitu godaan-godaan partai politik terkesan membenamkan
asa profetik yang menjadi ghiroh perjuangan ikatan, termasuk juga belum
optimalnya peran instruktur ditiap level pimpinan.
Perkaderan
dalam tubuh IMM dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar yaitu kategori
perkaderan formal dan kategori perkaderan non formal (hubungan antar individu, aktivitas (non
training). Perkaderan formal yaitu yang terdiri dari beberapa pelatihan
yang termaktub dalam SPI IMM di antaranya perkaderan utama (DAD, DAM, DAP),
perkaderan khusus (LID, LIM, LIP) dan perkaderan pendukung (perkaderan
pendukung pokok dan perkaderan pendukung tambahan). Sedangkan perkaderan non
formal lebih menekankan pada interaksi antar individu. Dan perkaderan non
formal inilah yang cukup besar bagi perkembangan kader, namun sayangnya
perencanaan yang dinilai sebagai salah satu factor penentu keberhasilan justru
sangat sulit diterapkan pada model perkaderan ini. Perkaderan non formal juga
memiliki ketergantungan pada tokoh yang dapat berperan sebagai pemberi. Karena
banyaknya problem inilah SPI tidak membicarakannya.[10]
Maka
ada tiga kata kunci penting dalam proses perkaderan yaitu pelaku, ideologi
gerakan dan sistem perkaderan. Pelaku perkaderan lebih kepada peran instruktur
sebagai pelaksana perkaderan ikatan. Bagaimana dan di mana seharusnya posisi
instruktur dalam proses perkaderan menjadi pertanyaan yang harus dijawab. Dalam
sistem perkaderan setidaknya ada dua fase yang menjadi fase doktrinasi pasca
perkaderan DAD yang sangat menetukan. Kedua fase tersebuat ialah fase
individuasi dan fase differensiasi.
Dalam hal ini IMM
mempunyai Sistem Perkaderan Ikatan (SPI), namun buku tersebut belum sepenuhnya
mampu memberika jawaban terhadap masalah disorientasi perkaderan yang ada dalam
Ikatan. Meskipun memang, terdapat penjelasan mengenai jenjang perkaderan di
setiap level, tapi dalam praksisnya belum mampu menghasilan output yang
diharapkan (ideal). Salah satunya yang mendasar perlu dilakukan adalah evaluasi
total perkaderan mulai dari perkaderan dasar (DAD), perkaderan Madya (DAM) dan
perkaderan Paripurna (DAP). Karena selama ini IMM (dan kemungkinan terjadi juga
pada Gerakan Mahasiswa lain) tidak secara konsisten mengevaluasi ouput
perkaderan di setiap level, baik perkaderan formal (utama) maupun khusus.
Sehingga evalusi itu perlu dilakukan disetiap perkaderan IMM baik perkaderan
utama, khusus maupun pendukung karena dengan evaluasi tersebut akan memperbaiki
perkaderan ke depan.
D. KESIMPULAN
IMM
merupakan sebuah gerakan dakwah intelektual yang harus dimiliki oleh seorang
kader, karena IMM sebagai organisasi pergerakan dan organisasi perkaderan sebagai
organisasi perkaderan dengan tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi islam
yang berakhlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah. Dari tujuan
tersebut dapat dirumuskan IMM menetapkan tiga ranah gerak yang menjadi lahan
garapannya, yaitu Keagamaan (Religiusitas), Kemahasiswaan (Intelektualitas) dan
Kemasyarakatan (Humanitas). Kader IMM diharapkan menjadi kader yang dari segi
keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan itu baik dan berjalan secara seimbang.
Karena IMM sebgai organisasi perkaderan maka tujuan
dari perkaderan ini yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas
akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang
berakhlaqul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung
jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwa amar ma’ruf
nahi munkar. Maka ada tiga kata kunci penting dalam proses perkaderan yaitu
pelaku, ideologi gerakan dan sistem perkaderan. Pelaku perkaderan lebih kepada
peran instruktur sebagai pelaksana perkaderan ikatan. Bagaimana dan di mana
seharusnya posisi instruktur dalam proses perkaderan menjadi pertanyaan yang
harus dijawab.
Oleh
karena itu perkaderan di organisasi khususnya IMM itu sangat penting dan
menjadi seorang kader itu juga sangat berat karena harus siap menerima apapun
dan harus siap ditugaskan di manapun. Mengkader itu juga sangat diperlukan baik
dengan cara formal dan non formal atau perkaderan kultural. Sehingga ketika
seorang kader sudah mengikuti perkaderan dan sudah dikader maka follow up/tindak
lanjut dari perkaderan itu juga harus diterapkan begitu juga dengan pengorbitan
seorang kader. Sudah dijelaskan juga dalam surat An Nisa’: 9 bahwa “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Dapat diambil
kesimpulan dari ayat tersebut bahwa generasi ke depan itu harus lebih baik, maka
dari itu perlunya suatu perkaderan yang harus tetap dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Sani, M. 2017. Manifesto Gerakan
Intelektual Profetik. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Fathoni AF, Farid. 1990. Kelahiran yang
Dipersoalkan.: PT Bina Ilmu.
https://rifdoisme.wordpress.com/2014/10/06/pola-perkaderan-dasar-ikatan-mahasiswa-muhammadiyah-imm-konsepsi-dan-aktualisasi/
PC IMM A.R Fachruddin Kota Yogyakarta 2013. Tak
Sekedar Merah. Yogyakarta: MIM Indigenous School
Susanti, Khotimun dkk. 2011. Sistem
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat.
[1]Farid Fathoni AF, Kelahiran
yang Dipersoalkan, Cet. 1, (Surbaya:
PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 314.
[2]M. Abdul Halim Sani, Manifesto
Gerakan Intelektual Profetik, Cet. 2, (Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2017), hlm. 38.
[3]Khotimun Susanti dkk, Sistem
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Dewan Pimpinan
Pusat, 2011), hlm. X.
[4]M. Abdul Halim Sani, Manifesto
Gerakan Intelektual Profetik, Cet. 2, (Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2017), hlm. 43.
[5]Khotimun Susanti dkk, Sistem
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XI.
[6]Khotimun Susanti dkk, Sistem
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XII.
[7]Khotimun Susanti dkk, Sistem Perkaderan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. XII.
[8]Khotimun Susanti dkk, Sistem
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, hlm. 2-5.
[9]PC IMM A.R Fachruddin Kota
Yogyakarta, Tak Sekedar Merah, (Yogyakarta: MIM Indigenous School, 2013),
hlm. 38.
[10]PC IMM A.R Fachruddin Kota
Yogyakarta, Tak Sekedar Merah, hlm. 40-41.