Sunday, April 9, 2017

Belajar Hidup


Surakarta, Minggu/09 April 2017 jadi orang itu harus cak cek dalam melakukan segala apapun. Kita hidup di dunia ini punya saudara jangan bilang kalau kita di sini itu hidup sendirian, jangan egois lah wong kita di sini itu saling membutuhkan satu sama lain. Jadi, ngapain kita hidup kalau kita di sini hanya memntingkan diri sendiri??
Mulailah menggerakkan hati dan tenaga kita kalau gak dimulai dari hati kita yang mendalam bagaimana dengan kepedulian dan keprihatinan kita terhadap suatu hal, karena dengan semua itu akan ada solusi yang bisa membantu. Kita hidup itu jangan melihat ke atas terus tapi lihatlah ke bawah juga, jika kita melihat ke atas terus kita berarti gak punya rasa syukur dan kita gak tau dengan keadaan di bawah kita, bagaimana jika kita berada di bawah mereka?? Rasa kasih sayaang kita terhadap saudar kita itu sangat penting, rasa kepedulian kita terhadap saudara kita itu juga sangat penting, rasa kekeluargaan kita terhadap saudara kita juga tak kalah penting.
Bagaimana sikap kita jika kita melihat sesorang yang sangat kesusahan, bagaimana sikap kita jika orang lain tidak mendapatkan pendidikan, bagaimnana sikap kita jika orang lain itu tidak punya rumah, bagaimana sikap kita jika anak-anak itu ngemis-ngemis di jalanan, bagaimana dan bagaimana sikap kita? Dan bagaimnana jika kita berada diposisi mereka?
Ingin rasanya dari hati kecilku untuk bisa membantu mereka, membuat sanggar belajar bagi mereka yang gak punya tempat belajar meskipun sanggar tersebut hanya ditempat terbuka dan tidak sebagus tempat-tempat belajar yang lain,  memberikan pemberdayaan kepada mereka yang penghasilannya hanya bias untuk makan sekali dan terkadang gak dapet penghasilan dan lain sebagianya. Ingin juga rasanya kita di sini itu bias bahagia bersama, bisa makmur dan sejahtera bersama, merubah yang asalnya sampah jadi barang berharga, menjadikan generasi yang lebih maju karena penulis terinspirasi juga dari surat an-nisa’ ayat 9 “bahwa kita tidak boleh meniggalkan generasi yang lemah”…… awalilah dengan niat yang baik, niat yang tulus yang insyaallah nantinya semua itu bisa terwujud. Aamiin (allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahla)
banyak orang pintar tapi tak mengerti
banyak orang berilmu tapi tak berakhlaq
banyak orang kaya tapi tak dermawan
banyak orang berpangkat tapi tak berarti
banyak orang mengerti tapii tidak peduliii

             lalu di mana akhlaqmu?????................
             .................. kedermawananmu???......................
                    ................. kepedulianmuuuuuuu???................
             dan ilmu Muuuuuuuuuuuu??............................


#hiduplah yang berarti karena hidup hanya seakaliii !!!!!!!!!
                   



Peran dan Kedudukan Perempuan



Kaum perempuan memiliki peran yang multidimensional, di satu sisi kaum perempuan terletak perannya disektor publik bersama kaum laki-laki di garda depan dalam mencurahkan perhatiannya demi pembangunan keluarga, masyarakat, bangsa dan bumi pertiwi. Dan di sisi lain yaitu pada sektor domestik mereka adalah penyalur dan Pembina kehidupan yang keberadaannya berpengaruh besar sebagai modal dasar dari segala bentuk hubungan manusiawi, dalam hal melahirkan dan membentuk generasi baru yang lebih berkualitas.
Sekarang ini banyak pembicaraan tentang perempuan atau lebih dikenal dengan istilah feminisme, hal ini didorong oleh keprihatinan terhadap realitas kecilnya peran perempuan dalam kehidupan sosial-ekonomi, apalagi politik yang dibandingkan dengan peran laki-laki.peran-peran publik didominasi oleh laki-laki sedangkan perempuan lebih banyak memainkan peran domestik, baik sebagai istri maupun ibu rumah tangga. Tentu dalam kasus-kasus individual tertentu tetap ada pengecualian, seperti Cory Aquino yang pernah menjadi presiden Philipina, Margaret Tatcher mantan perdana menteri Inggris, atau dalam lingkungan dunia islam, Benazir Butho dari Pakistan, Begum Khalida Zia dari Bangladesh dan Tensu Ciller dari Turki pernah menduduki jabatan perdana menteri di Negara masing-masing.[1] Dan di Indonesia sendiri seperti Siti Walidah yang merupakan tokoh Aisiyah, Raden Ajeng Kartini yang merupakan tokoh pahlawan nasional, Megawati Soekarno Putri yang pernah menjadi Presiden RI, Sri Mulyani dan lain sebagainya. Dominasi laki-laki dalam peran publik dan domestikasi perempuan bukanlah hal yang baru, tetapi sudah berlangsung sepanjang perjalanan sejarah peradaban umat manusia.
Paran dan kedudukan perempuan sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap perempuan yang terbagi atas tiga fase yaitu fase menghinakan, fase mendewakan dan fase menyamaratakan. Pada fase meghinakan perempuan dianggap seperti hewan bahkan lebih rendah. Perempuan dianggap menjijikkan, hina dan diperjualbelikan di took, pasar-pasar dan warung-warung (perempuan dianggap pelayan laki-laki). Pada fase mendewakan, perempuan dipuja-puja, dimuliakan tetapi untuk memuaskan hawa nafsu berahi kaum laki-laki. Dan pada fase menyemaratakan, perempuan diberi kebebasan seluas-luasnya tanpa terikat pada batasan, baik norma adat maupun agama, sehingga perempuan harus memiliki hak dan peran yang sama dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan.
Oleh sebab itu perlu diketahui bahwa di satu sisi perempuan dan laki-laki itu mempunyai peran yang sama dan di sisi lain laki-laki dan perempuan itu mempunya peran yang berbeda dan tidak bisa ganggu gugat. Konsep seks itu beda dengan konsep gender. Seks (jenis kelamin) merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yag ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Bahwa laki-laki itu memiliki penis, jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina. alat-alat tersebut secara biologis melekat pada perempuan dan laki-laki selamanya, artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau lebih sering dikatakan sebagai ketentuan tuhan atau kodrat.[2] Akan tetapi kanyataan sekarang ini banyak perempuan maupun laki-laki yang melakukan operasi jenis kelamin padahal secara alami (kodrat) hal itu merupakan sesuatu yang sudah melekat pada laki-laki dan perempuan dan tidak bisa dipertukarkan, kebanyakan dari mereka itu hanya karena tidak nyaman, merasa tidak adil dengan lawan jenisnya bahkan hanya untuk mencari sensasi saja dan tidak mensyukuri atas pemberian Allah. Dalam hal ini konsep seks (secara kodrati) tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Sedangkan konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural sepanjang sejarah kehidupan manusia. Bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik , emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat –sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut dan keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jadi yang menyangkut fungsi, peran dan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan itu disebut dengan konsep gender.[3] Sehingga apabila ada permpuan yang menjadi pemimpin Negara maupun laki-laki itu memasak, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya begitu juga sebaliknya itu tidak menjadi masalah selama tidak menyalahi kodrat dan tanggungjawabnya. Karena belajar, bekerja, politik itu merupakan hak seorang perempuan.
Islam memandang perempuan sebagai makhluk mulia dan terhormat, yang memiliki hak dan kewajiban. Dalam islam haram hukumnya menganiaya dan memperbudak perempuan. Islam adalah agama pertama yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang tidak berbeda dengan laki-laki dalam hakikat kemanusiaannya. Meskipun begitu, dalam hal beberapa prinsip terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan ini bukan untuk merendahkan satu sama lain, melainkan untuk saling melengkapi. Sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan mereka saling berpasangan (QS. Yasin:36)[4]
Perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama antara lain bahwa keduanya merupakan makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk yang sempurna , manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi menjadi khalifah Allah dengan tugas memakmurkan bumi (khalifah fil ardl) seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al Baqarah: 30. Kesamaan lain antara lain dalam menerima beban taklif (melaksanakan hukum) dan balasannya kelak di akhirat. Dalam QS. Al Mu’minun: 40 menyebutkan bahwa siapa saja laki-laki dan perempuan yang beriman mengerjakan amal shaleh, maka akan memperoleh surga. Seruan Allah  kepada keduanya sebagai hambaAllah juga sama. Dalam ajaran islam melarang untuk menyakiti dan mengganggu orang beriman baik laki-laki maupun perempuan, dan mengancam pelanggarnya dengan siksa yang pedih. Hal ini disebutkan dalam QS. Al Buruj: 10.[5]
Sejak kedatangannya di dunia ini, islam tidak pernah mendiskriditkan atau mendisposisikan kaum perempuan. Sebaliknya islam snagta menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan. Islam telah memposisikan perempuan ditempat yang terhormat baik di keluarga, masyarakat maupun Negara.[6] Di lingkungan keluarga perempuan sebagai ibu, istri sekligus pengurus rumah tangga. Di lingkungan masyarakat perempuan merupakan anggota yang tidak dapat dikesampingkan karena dia merupakan pencetak dan pembentuk generasi. Kalau dalam Muhammadiyah, Aisiyah mempunyai peran yang sangat penting untuk membentuk generasi selanjutnya begitu juga dengan Nasyi’atul Aisiyah, kalau di IPM IPMawati dan IMM IMMawati. Sedangkan dilingkungan Negara, perempuan merupakan tiang Negara, yang apabila rapuh maka Negara tidak akan dapat berdiri tegak.
Maka dari itu jika perempuan itu baik maka baiklah seluruh anggota keluarganya. Bila keluarganya baik maka baik pula masyarakatnya.  Dan kalau masyaraktnya baik maka negarapun akan baik. Perempuan diciptakan dengan segala kekuranagn dan kelebihannya. Ia memiliki sifat yang lembut, penuh kasih sayang, perasa, telaten, ulet, sabar dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan modal untuk mendidik putra putrinya agar dapat menjadi generasi yang tangguh dikemudian hari, begitu juga seorang laki-laki. Tidak hanya itu perempuan juga dituntut untuk berpendidikan tinggi untuk menyiapkan generasi penerus yang diharapkan dapat menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya, yang kelak akan menentukan nasib Negara ini. selain itu juga diharapkan mempunyai wawasan yang luas, pintar dan menjunjung tinggi nilai etika-etika pergaulan dalam masyarakat.
Untuk itu perempuan khusunya immawati harus memiliki kepribadian yang kuat dan tangguh, berakhlaq mulia dan mempunyai kepedulian di segala hal. Karena saat ini banyak orang pintar tapi tidak peduli, banyak orang berilmu tapi tidak berkahlaq, banyak pula orang kaya tapi tidak dermawan. Seperti semboyan IMM, IMMawati itu harus anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.


[1]Yunahar Ilyas, Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an, Cet.2, (Yogyakarta: Itqon Publishing, 2015), hlm. 2.
[2]Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Cet.15, (Yogyakarta: INSISTPress, 2016), hlm. 8.
[3]Ibid., hlm. 8-9.
[4]Maha suci Allah yang  telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi  dan dari mereka sendiri, maupun dari mereka yang tidak mereka ketahui.
[5]Sungguh orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.
[6]Muhammad Ali Al-Hasyimi, Jati Diri Wanita Muslimah, Cet.17, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), hlm. VIII.

Pendidikan dan Keteladanan

Sejak diturunkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi proses pendidikan sudah dilakukan dan diajarkan, dalam ceritanya di buku qoshosul qur’an...